Sumber: BBC | Editor: Sanny Cicilia
CAPE TOWN. Perkembangan teknologi komunikasi khususnya penggunaan internet di Afrika semakin tinggi. Tapi, di sisi lain, kejahatan siber (cybercrime) juga ikut berkembang.
Para peretas ikut menikmati pertumbuhan masyarakat berinternet di Benua Hitam ini. Malware dan Botnet disebar, menyebabkan korbannya mengirim sejumlah uang atau data-data perbankan pada para peretas.
Mengutip BBC, Jumat (10/4), pertumbuhan penggunaan internet yang besar di Afrika telah menciptakan korban baru yang rawan untuk diserang. Umumnya mereka adalah orang-orang yang kurang pengetahuan dan pemahaman di bidang siber.
Kaspersky ahli keamanan cyber menyatakan, lebih dari 49 juta kejahatan siber terjadi di Benua Hitam dalam periode Januari-Maret lalu. Sebagian besar terjadi di Aljazair, Mesir, Afrika Selatan dan Kenya.
Seberapa parah penyebarannya? Perusahaan keamanan Norton menyebut, sekitar 70% warga Afrika pernah menjadi korban kejahatan siber ini, berbanding dengan rasio global yaitu 50%.
Kejahatan siber kian merebak lantaran Afrika tidak memiliki kerangka hukum untuk mengatasi kriminal jenis ini, meskipun bulan lalu Uni Afrika menyetujui konvensi keamanan siber.
"Keamanan siber merupakan kekhawatiran bagi bangsa-bangsa Uni Afrika karena lebih banyak orang yang menggunakan internet," kata Drew Mitnick, penasihat kebijakan junior di organisasi hak asasi manusia Access kepada BBC.
Menurut dia, sangat penting bagi negara-negara Afrika mengadopsi kebijakan keamanan siber untuk melindungi pengguna serta menghormati privasi dan hak asasi manusia.