kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.901.000   -17.000   -0,89%
  • USD/IDR 16.496   65,00   0,40%
  • IDX 7.483   -66,48   -0,88%
  • KOMPAS100 1.049   -8,96   -0,85%
  • LQ45 791   -6,74   -0,85%
  • ISSI 254   -1,21   -0,47%
  • IDX30 410   -3,72   -0,90%
  • IDXHIDIV20 466   -6,52   -1,38%
  • IDX80 119   -0,94   -0,78%
  • IDXV30 122   -1,49   -1,20%
  • IDXQ30 130   -0,83   -0,64%

Trump akan Mengenakan Tarif 25% untuk India Mulai 1 Agustus


Rabu, 30 Juli 2025 / 20:28 WIB
Trump akan Mengenakan Tarif 25% untuk India Mulai 1 Agustus
ILUSTRASI. Presiden Donald Trump mengatakan bahwa Amerika Serikat akan mengenakan tarif 25% terhadap barang-barang impor dari India mulai 1 Agustus. REUTERS/Leah Millis


Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden Donald Trump mengatakan bahwa Amerika Serikat akan mengenakan tarif 25% terhadap barang-barang impor dari India mulai 1 Agustus.

Mengutip Reuters, Rabu (30/7/2025), Trump mengatakan bahwa India juga akan menghadapi denda yang tidak disebutkan jumlahnya pada 1 Agustus, tetapi tidak merinci jumlah denda atau untuk apa denda tersebut.

"Meskipun India adalah teman kami, selama bertahun-tahun kami hanya berbisnis relatif sedikit dengan mereka karena Tarif mereka terlalu tinggi, termasuk yang tertinggi di dunia, dan mereka memiliki Hambatan Perdagangan non-moneter yang paling berat dan menjengkelkan dibandingkan negara mana pun," tulis Trump dalam sebuah unggahan di Truth Social.

Baca Juga: Dihantam Tarif Impor Trump, Adidas Pertimbangkan Naikkan Harga di AS

"Mereka selalu membeli sebagian besar peralatan militer mereka dari Rusia, dan merupakan pembeli energi terbesar Rusia, bersama dengan China, di saat semua orang ingin Rusia menghentikan pembunuhan di Ukraina?? Semuanya tidak baik!"

Kementerian Perdagangan India, yang memimpin negosiasi perdagangan dengan Amerika Serikat, tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Keputusan Trump memupus harapan akan tercapainya perjanjian perdagangan terbatas antara kedua negara, yang telah dinegosiasikan selama beberapa bulan.

Para negosiator perdagangan AS dan India telah mengadakan beberapa putaran diskusi untuk menyelesaikan isu-isu kontroversial, khususnya mengenai akses pasar untuk produk pertanian dan susu Amerika.

Meskipun ada kemajuan di beberapa bidang, para pejabat India menolak membuka pasar domestik untuk impor gandum, jagung, beras, dan kedelai rekayasa genetika, dengan alasan risiko terhadap mata pencaharian jutaan petani India.

Tarif baru ini diperkirakan akan berdampak pada ekspor barang India ke AS, yang diperkirakan mencapai sekitar US$ 87 miliar pada tahun 2024, termasuk produk padat karya seperti garmen, farmasi, permata dan perhiasan, serta petrokimia.

Amerika Serikat saat ini mencatat defisit perdagangan sebesar US$ 45,7 miliar dengan India.

Baca Juga: The Fed Diprediksi Tahan Suku Bunga, Meski Trump Desak Pemangkasan Tajam

India kini bergabung dengan daftar negara-negara yang menghadapi tarif lebih tinggi di bawah kebijakan perdagangan "Hari Pembebasan" Trump, yang bertujuan untuk membentuk kembali hubungan perdagangan AS dengan menuntut resiprositas yang lebih besar.

Gedung Putih sebelumnya telah memperingatkan India tentang tarif rata-rata yang tinggi yang diterapkannya – hampir 39% untuk produk pertanian, dengan tarif naik menjadi 45% untuk minyak nabati dan sekitar 50% untuk apel dan jagung.

Kemunduran ini terjadi meskipun Perdana Menteri Narendra Modi dan Trump sebelumnya telah berkomitmen untuk menyelesaikan fase pertama perjanjian perdagangan pada musim gugur 2025 dan memperluas perdagangan bilateral menjadi US$ 500 miliar pada tahun 2030, naik dari US$ 191 miliar pada tahun 2024.

Baca Juga: Trump Ancam Berlakukan Tarif terhadap Rusia dalam 10 Hari

Ekspor manufaktur AS ke India, senilai sekitar US$ 42 miliar pada tahun 2024, serta ekspor energi seperti gas alam cair, minyak mentah, dan batu bara, juga dapat menghadapi tindakan pembalasan jika India memilih untuk membalasnya.

Para pejabat India sebelumnya telah mengindikasikan bahwa mereka memandang AS sebagai mitra strategis utama, terutama dalam mengimbangi Tiongkok. Namun, mereka telah menekankan perlunya mempertahankan ruang kebijakan di bidang pertanian, tata kelola data, dan subsidi negara.

Selanjutnya: Kredit Bank Danamon Capai Rp 195,7 Triliun Semester-I 2025 Disokong EBFI &SME Banking

Menarik Dibaca: Film Pendek Keluarga Suami Adalah Hama jadi Konten Terlaris di Noice




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×