Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan bahwa AS akan mulai memberlakukan tarif dan sanksi lainnya terhadap Rusia dalam waktu 10 hari, kecuali Moskow menunjukkan kemajuan dalam mengakhiri perang di Ukraina yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun.
Trump pertama kali mengumumkan pemangkasan tenggat waktu dari 50 hari menjadi 10–12 hari pada Senin (28/7/2025) lalu.
Pada Selasa (29/7/2025), ia menegaskan kepada wartawan bahwa belum ada tanggapan dari Rusia terkait tuntutannya.
Baca Juga: Gempa Bumi 8,7 SR Rusia Picu Peringatan Dini Tsunami Hingga Indonesia
Berbicara di dalam pesawat kepresidenan Air Force One, Trump mengatakan dirinya tidak khawatir dengan dampak sanksi terhadap pasar minyak dunia, dan berjanji akan meningkatkan produksi minyak dalam negeri guna mengimbangi potensi lonjakan harga.
“Aku tidak tahu apakah ini akan berdampak pada Rusia, karena (Presiden Vladimir Putin) tampaknya memang ingin melanjutkan perang ini,” kata Trump.
“Tapi kita akan kenakan tarif dan berbagai langkah lainnya.”
Trump, yang sebelumnya kerap menyatakan memiliki hubungan baik dengan Putin, kini menunjukkan rasa frustrasi yang meningkat atas sikap Moskow yang tak kunjung menyepakati gencatan senjata.
Tenggat baru ini menunjukkan bahwa Trump siap melangkah lebih jauh dengan sanksi, setelah sebelumnya terkesan ragu.
Baca Juga: Gempa Dahsyat 8,7 SR Guncang Rusia Picu Tsunami, Jepang & Hawaii Perintahkan Evakuasi
Saat berada di Skotlandia pada Senin, Trump juga mengancam akan menjatuhkan sanksi terhadap pembeli ekspor Rusia, dikenal sebagai secondary sanctions apabila tak ada kemajuan berarti.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyampaikan kepada wartawan bahwa ia telah membahas isu sanksi sekunder ini dengan pejabat China dalam pertemuan bilateral selama dua hari pekan ini.
Ia memperingatkan Beijing bahwa pembelian minyak dari Rusia dapat membuat China dikenai tarif tinggi.
Dalam unggahannya di platform X, mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev yang dikenal sebagai sekutu dekat Putin, menuduh Trump memainkan “permainan ultimatum” yang bisa memicu perang terbuka dengan Amerika Serikat.
Trump, yang juga sedang berupaya mendorong kesepakatan damai di Gaza, sebelumnya mengklaim telah berperan dalam mengakhiri konflik antara India dan Pakistan, serta Rwanda dan Kongo.
Selama kampanye sebelum kembali ke Gedung Putih pada Januari lalu, Trump menjanjikan bahwa ia dapat mengakhiri konflik Rusia-Ukraina hanya dalam satu hari.