Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mengguncang dunia perdagangan global dengan rencananya untuk mengenakan tarif impor terhadap lebih dari 150 negara dalam satu kebijakan terpadu.
Dalam pernyataan terbarunya, Trump menyebut bahwa kebijakan tarif ini akan menyasar negara-negara kecil yang selama ini dianggap tidak memiliki kontribusi besar dalam perdagangan dengan AS.
Tarif Tunggal untuk Negara-Negara Kecil
Mengutip financialexpress, berbicara kepada wartawan di Gedung Putih pada Rabu (16/7), Trump menegaskan bahwa tarif yang akan dikenakan akan bersifat seragam untuk semua negara dalam kelompok tersebut. Meskipun ia tidak menyebutkan secara pasti besaran tarif yang akan diberlakukan, ia menyiratkan bahwa tarif itu bisa berkisar antara 10% hingga 15%.
“Mereka bukan negara besar, dan mereka tidak melakukan banyak bisnis. Tidak seperti negara-negara yang telah kami buat kesepakatan, seperti China, seperti Jepang,” ujarnya.
Baca Juga: Trump Mengatakan Coca-Cola Setuju Menggunakan Gula Tebu Asli di Amerika Serikat
Trump menambahkan bahwa AS akan mengirimkan “surat pemberitahuan pembayaran” kepada negara-negara tersebut sebagai bentuk konfirmasi atas kebijakan tarif yang akan diberlakukan. Negara-negara di Afrika dan Karibia disebut termasuk dalam kelompok yang akan terdampak.
Nasib Kesepakatan Dagang AS–India Masih Belum Jelas
Selain ancaman tarif global ini, Trump juga menyinggung negosiasi perdagangan yang sedang berlangsung dengan India. Dalam wawancara bersama Real America’s Voice, ia menyatakan bahwa kesepakatan dengan India “sangat dekat”, namun belum ada keputusan final.
Sebelumnya, Trump menyebut bahwa bentuk terbaik dari sebuah kesepakatan adalah “mengirim surat” berisi pemberitahuan bahwa negara tersebut harus membayar tarif sebesar 20%, 25%, 30%, hingga 35%.
Pernyataan ini memperlihatkan pendekatan Trump yang lebih condong ke aksi sepihak ketimbang negosiasi multilateral yang panjang.
Surat Tarif Disebut Sebagai "Kesepakatan" oleh Trump
Hingga saat ini, pemerintahan Trump telah mengirimkan sekitar dua lusin surat kepada mitra dagang utama, berisi pemberitahuan mengenai tarif baru yang akan berlaku mulai 1 Agustus jika negosiasi tidak menghasilkan kesepakatan.
Presiden dari Partai Republik tersebut bahkan menyebut surat-surat ini sebagai “kesepakatan” itu sendiri, menunjukkan penolakannya terhadap proses negosiasi yang bertele-tele.
Namun, banyak pengamat meragukan apakah ancaman tarif ini benar-benar akan diberlakukan. Hal ini berkaca dari ancaman tarif sebelumnya pada April lalu yang gagal direalisasikan.
Baca Juga: Pedagang Berebut Kirim Kopi Brasil ke AS Sebelum Tarif 50% Berlaku 1 Agustus
Penurunan Popularitas di Tengah Ketidakpastian Kebijakan
Sementara Trump terus meluncurkan kebijakan tarif kontroversial ini, tingkat persetujuan publik terhadap kepemimpinannya justru mengalami penurunan. Berdasarkan survei CNN/SSRS yang dilakukan pada 10–13 Juli terhadap 1.057 responden, hanya 42% yang menyatakan puas terhadap kinerja Trump di masa jabatan keduanya, sementara 58% menyatakan tidak puas.
Kondisi ini menambah tekanan politik terhadap Presiden, terutama menjelang kebijakan besar seperti penerapan tarif global tersebut. Ketidakpastian arah kebijakan ekonomi AS juga memicu kekhawatiran di kalangan mitra dagang dan pelaku pasar internasional.