kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.951.000   -8.000   -0,41%
  • USD/IDR 16.304   -11,00   -0,07%
  • IDX 7.533   43,20   0,58%
  • KOMPAS100 1.070   7,34   0,69%
  • LQ45 793   -2,68   -0,34%
  • ISSI 254   0,66   0,26%
  • IDX30 409   -1,29   -0,31%
  • IDXHIDIV20 467   -2,82   -0,60%
  • IDX80 120   -0,30   -0,25%
  • IDXV30 124   0,09   0,07%
  • IDXQ30 131   -0,56   -0,43%

Malaysia Enggan Akui Sebutan Ambalat, Lebih Pilih Blok ND-6 dan ND-7


Sabtu, 09 Agustus 2025 / 19:31 WIB
Malaysia Enggan Akui Sebutan Ambalat, Lebih Pilih Blok ND-6 dan ND-7
ILUSTRASI. Workers hang Malaysian flags ahead of celebrations for the country’s 62nd anniversary of independence on August 31 in Kuala Lumpur, Malaysia, July 31, 2019. REUTERS/Lim Huey Teng. Malaysia menegaskan kembali hak kedaulatannya atas wilayah maritim yang dikenal sebagai Blok ND-6 dan ND-7 di Laut Sulawesi.


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Luar Negeri Malaysia, Datuk Seri Mohamad Hasan mengatakan Malaysia telah menegaskan kembali hak kedaulatannya atas wilayah maritim yang dikenal sebagai Blok ND-6 dan ND-7 di Laut Sulawesi.

Melansir, Malaymail, Sabtu (09/08/2025), Malaysia menolak penggunaan istilah Ambalat oleh Indonesia untuk menggambarkan wilayah yang disengketakan tersebut.

Mohamad Hasan, yang juga dikenal sebagai Tok Mat, mengatakan bahwa klaim Indonesia yang merujuk pada Ambalat mencakup sebagian Laut Sulawesi.

Malaysia bersikukuh bahwa Blok ND-6 dan ND-7 berada dalam wilayah kedaulatan Malaysia dan hak kedaulatan negara berdasarkan hukum internasional, yang didukung oleh putusan Mahkamah Internasional (ICJ) pada tahun 2002.

"Oleh karena itu, istilah yang lebih akurat untuk wilayah yang dimaksud yang sejalan dengan posisi Malaysia adalah Laut Sulawesi, bukan Ambalat," ujarnya kepada Dewan Rakyat Malaysia pada Senin, (05/08/2025)

Baca Juga: PLN Indonesia Power Sepakati Dua Kerjasama PLTMG 65 MW di Papua

Ia menjelaskan bahwa Ambalat adalah istilah yang digunakan Indonesia untuk membenarkan klaim mereka atas wilayah tersebut.

Untuk memastikan kejelasan dan mencegah isu ini dipolitisasi atau dieksploitasi sebagai materi kampanye, terutama menjelang pemilihan umum negara bagian, Mohamad Hasan mengatakan bahwa kementerian siap memberikan pengarahan kepada Anggota Parlemen dan anggota dewan negara bagian Sabah mengenai masalah ini.

"Kami tidak ingin isu ini digunakan untuk menyesatkan publik, terutama di Sabah dan Sarawak. Jika ada permintaan, kementerian siap mengatur waktu yang tepat untuk pengarahan guna memastikan semua pihak memahami isu ini," tambahnya.

Blok Ambalat: Sengketa Lahan dan Potensi Cadangan Migas

Disamping kisruh antara Indonesia dan Malaysia mengenai kawasan ini, dalam catatan Kontan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengisyaratkan bahwa blok migas Ambalat yang berada di Laut Sulawesi berpotensi dikelola secara bersama oleh PT Pertamina (Persero) dan perusahaan energi Malaysia, Petronas.

Dalam diskusi tingkat tinggi antara kedua negara, Bahlil mengatakan pemerintah tengah membangun konsep kerja sama di wilayah yang selama ini diklaim oleh masing-masing negara.

“Ambalat adalah wilayah yang hari ini kan secara politik itu masing-masing merasa mengklaim kan kira-kira begitu. Ada atau tak ada batasan-batasan.Nah jujur saya katakan bahwa situ ada potensi sumber daya minyak dan gas. Salah satu yang kita diskusikan adalah bagaimana kawasan ini kita kelola bersama untuk kebaikan bersama," kata Bahlil dalam Energi Mineral Festival, Rabu (30/7).

Bahlil menyebutkan, jika kerja sama ini terlaksana, maka pengelolaan akan melibatkan badan usaha milik negara dari kedua pihak.

“Sudah barang tentu kalau dilakukan antara negara dengan negara maka akan dilakukan kerjasama antara BUMN Malaysia dan BUMN Indonesia. Di mana representasi untuk bidang migas adalah Petronas dari Malaysia dan Pertamina dari Indonesia," ungkapnya.

Sebagai tambahan, dalam catatan ESDM pada 2009, Lapangan Aster Blok Ambalat terindikasi awal mengandung cadangan minyak cukup besar, dengan potensi produksi diperkirakan sekitar 30.000-40.000 barel minyak per hari. 

Baca Juga: Kementerian ESDM dan Kementerian Hukum Bahas Penataan Regulasi Sektor Energi

Selanjutnya: PLN Indonesia Power Sepakati Dua Kerjasama PLTMG 65 MW di Papua

Menarik Dibaca: Promo Domino's Pizza Sweet 17 Agustus 2025, Pizza Large dan Medium Diskon 45%




TERBARU

[X]
×