kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Trump Ancam Pecat Ketua The Fed Jerome Powell, Berpotensi Ciptakan Kepanikan Pasar?


Sabtu, 19 April 2025 / 09:58 WIB
Trump Ancam Pecat Ketua The Fed Jerome Powell, Berpotensi Ciptakan Kepanikan Pasar?
ILUSTRASI. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mempertimbangkan opsi untuk memecat Ketua Federal Reserve, Jerome Powell.. REUTERS/Kevin Lamarque


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali menghidupkan perdebatan tentang independensi bank sentral dengan menyatakan bahwa ia dan timnya masih mempertimbangkan opsi untuk memecat Ketua Federal Reserve, Jerome Powell.

Pernyataan ini menambah tekanan terhadap pasar keuangan global yang sudah terguncang oleh kebijakan tarif yang fluktuatif serta ketidakpastian ekonomi yang semakin meningkat.

Ancaman Pemecatan Jerome Powell: Munculnya Krisis Independensi Bank Sentral

Pernyataan dari Penasihat Ekonomi Gedung Putih, Kevin Hassett, memperjelas bahwa wacana pemecatan Jerome Powell bukan sekadar retorika sesaat.

“Presiden dan timnya akan terus mempelajari hal tersebut,” ujar Hassett saat ditanya apakah pemecatan Powell kini menjadi opsi yang nyata.

Komentar tersebut disampaikan di tengah perseteruan terbuka antara Trump dan Powell, di mana Trump menuding Powell "bermain politik" karena tidak segera menurunkan suku bunga. Presiden bahkan menyatakan bahwa jika ia menginginkan Powell keluar, maka itu akan terjadi "dengan sangat cepat."

Baca Juga: Trump Luncurkan Situs COVID-19: Salahkan China, Kritik WHO, dan Biden

Tarik Ulur Hukum: Apakah Presiden Memiliki Kewenangan?

Secara hukum, Ketua The Fed memiliki masa jabatan tetap dan hanya dapat diberhentikan karena "alasan yang sah". Powell sendiri menegaskan bahwa ia tidak akan mengundurkan diri atas permintaan Trump dan berniat menyelesaikan masa jabatannya hingga Mei 2026.

Ia juga menyatakan bahwa kasus hukum yang sedang berlangsung di Mahkamah Agung terkait pemecatan pejabat independen tidak berlaku untuk Federal Reserve.

Namun, Hassett membuka kemungkinan adanya interpretasi hukum baru yang bisa dijadikan dasar untuk langkah semacam itu, meskipun ia tidak menyebutkan secara rinci apa bentuk analisis hukum baru tersebut.

Ketegangan Kebijakan: Kenaikan Suku Bunga dan Kritik terhadap Kebijakan Fiskal

Ketegangan ini sudah berlangsung lama. Powell, yang awalnya diangkat oleh Trump menggantikan Janet Yellen, justru menjadi sasaran kritik karena menaikkan suku bunga selama masa jabatan pertama Trump.

Sementara itu, dalam komentar terbarunya, Hassett mengkritik The Fed karena menganggap pemotongan pajak sebagai faktor inflasi namun tidak menanggapi pengeluaran besar pemerintah di bawah Presiden Joe Biden.

“Jika Anda berpikir bahwa frustrasi Presiden terhadap sejarah kebijakan The Fed itu tidak dapat diterima, maka Anda perlu menjelaskan lebih lanjut," tegas Hassett.

Reaksi Pasar: Ancaman terhadap Kredibilitas dan Stabilitas

Pakar ekonomi memperingatkan bahwa segala bentuk ancaman terhadap independensi Federal Reserve berpotensi menciptakan kepanikan di pasar dan memicu tekanan inflasi yang lebih besar.

“Jika ancaman terhadap independensi The Fed menjadi kenyataan, pasar bisa bergerak menuju skenario stagflasi dengan risiko ekor (tail risk) yang meningkat tajam,” ujar Krishna Guha, Wakil Ketua Evercore ISI.

Kredibilitas The Fed, yang selama ini dianggap sebagai jangkar stabilitas ekonomi global, sangat bergantung pada kemampuannya untuk bertindak bebas dari pengaruh politik. Setiap gangguan terhadap prinsip dasar ini dapat mengguncang kepercayaan investor, memperburuk volatilitas pasar, dan memperlemah dolar AS.

Baca Juga: Trump Ancam Hentikan Dukungan Perdamaian Rusia-Ukraina Jika Tak Ada Kemajuan Nyata

Dampak Terhadap Suku Bunga dan Inflasi

Saat ini, The Fed mempertahankan suku bunga acuannya pada kisaran 4,25% hingga 4,50% sejak Desember. Powell menyatakan bahwa ketidakpastian akibat tarif dan kebijakan perdagangan lainnya membuat para pejabat bank sentral memilih pendekatan "wait-and-see".

Namun, tekanan dari Trump yang terus menuntut penurunan suku bunga dapat menciptakan persepsi bahwa The Fed tunduk pada tekanan politik, yang pada akhirnya merusak kepercayaan global.

Potensi Krisis Kepercayaan dan Ketidakstabilan Ekonomi

Jika Trump benar-benar mencoba memberhentikan Powell, hal ini bisa menjadi preseden berbahaya bagi masa depan independensi lembaga keuangan di Amerika. Langkah tersebut tidak hanya akan memperkuat kekhawatiran tentang politisasi bank sentral, tetapi juga dapat mendorong negara-negara lain untuk mempertanyakan arah kebijakan moneter AS.

Dalam konteks global, tindakan semacam ini bisa menurunkan minat terhadap aset berbasis dolar, meningkatkan premi risiko negara, dan mempersulit upaya pemulihan ekonomi pasca pandemi.

Selanjutnya: Meteran Listrik PLN Tiba-Tiba Muncul Tulisan 'Periksa'? Ini Sebab dan Cara Atasinya

Menarik Dibaca: Selain Perselingkuhan, Ini 4 Hal yang Sering Menyebabkan Perceraian Menurut Ahli



TERBARU

[X]
×