Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - MORRISTOWN, NEW JERSEY. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa pemerintahnya hampir menyelesaikan sejumlah kesepakatan dagang dalam beberapa hari ke depan.
Adapun pemberitahuan kenaikan tarif akan dikirimkan ke negara-negara mitra perdagangan paling lambat 9 Juli, dengan tarif yang lebih tinggi mulai berlaku efektif pada 1 Agustus.
Baca Juga: Sinyal Darurat dari Washington: Deal atau Hadapi Tarif AS
Trump dan sejumlah pejabat senior sebelumnya telah menyebutkan tanggal 1 Agustus sebagai momen krusial, meski belum jelas apakah seluruh tarif baru akan diterapkan saat itu.
Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick kemudian mengonfirmasi bahwa seluruh tarif yang lebih tinggi akan berlaku pada tanggal tersebut, namun menambahkan bahwa Trump masih “menentukan besaran tarif dan kesepakatannya saat ini.”
Pada April lalu, Trump mengumumkan tarif dasar sebesar 10% untuk sebagian besar negara, dengan tambahan tarif yang bisa mencapai 50%.
Namun, pemberlakuan tarif-tarif tambahan ini ditunda hingga 9 Juli untuk memberikan waktu tambahan selama tiga pekan untuk negosiasi.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan dalam program State of the Union di CNN pada Minggu (6/7), bahwa akan ada sejumlah pengumuman besar mengenai kesepakatan dagang dalam beberapa hari mendatang, terutama menyusul kemajuan positif dalam pembicaraan dengan Uni Eropa.
Menurut Bessent, Trump juga akan mengirimkan surat kepada sekitar 100 negara kecil yang dinilai memiliki volume perdagangan kecil dengan AS.
Baca Juga: Trump Resmi Kirim Surat Tarif Impor, Indonesia Termasuk Negara yang Terimbas?
Tujuannya untuk memberitahukan bahwa tarif yang diumumkan pada 2 April akan berlaku kembali mulai 1 Agustus, jika tidak ada kemajuan berarti dalam perundingan dagang.
"Presiden Trump akan mengirimkan surat kepada sejumlah mitra dagang kami, menyatakan bahwa jika Anda tidak bergerak cepat, maka pada 1 Agustus Anda akan kembali ke tarif tanggal 2 April. Jadi saya pikir akan ada banyak kesepakatan yang disepakati dalam waktu dekat," kata Bessent.
Tekanan Tarif Mendorong Aksi Cepat
Sejak menjabat, Trump telah memicu perang dagang global yang mengguncang pasar keuangan dan memaksa negara-negara lain untuk segera merespons, termasuk dengan mencoba meraih kesepakatan dagang dengan AS.
Kepala Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih Kevin Hassett mengatakan kepada CBS bahwa negara-negara yang menunjukkan itikad baik dalam bernegosiasi bisa mendapat kelonggaran waktu.
Baca Juga: Bessent: AS Dekati Sejumlah Kesepakatan Dagang Jelang Batas Waktu Tarif 9 Juli
"Ada tenggat waktu, tapi juga ada kemajuan. Jadi mungkin beberapa negara akan mendapat perpanjangan setelah tanggal 1 Agustus. Itu tergantung Presiden," ujar Hassett.
Ketua Dewan Penasihat Ekonomi Gedung Putih, Stephen Miran, menambahkan bahwa sejumlah negara telah bersedia memberikan konsesi untuk mendapatkan tarif lebih rendah.
“Saya dengar hal-hal positif tentang pembicaraan dengan Eropa dan India,” kata Miran dalam program This Week di ABC.
“Saya pikir beberapa negara yang sedang menuju kesepakatan bisa mendapat perpanjangan tanggal implementasi tarif.”
Kesepakatan Mini Deal & Konsesi Dagang
Trump telah beberapa kali menyatakan India hampir menyepakati kesepakatan, dan berharap kesepakatan dengan Uni Eropa juga dapat tercapai.
Namun, ia masih meragukan prospek kesepakatan dengan Jepang.
Baca Juga: Negosiasi Tarif RI-AS Dekati Tenggat, Pemerintah Bisa Tawarkan Sejumlah Opsi Ini
Menteri Keuangan Thailand Pichai Chunhavajira kepada Bloomberg menyatakan negaranya bersedia membuka lebih banyak akses pasar untuk produk pertanian dan industri AS, serta meningkatkan pembelian energi dan pesawat Boeing, demi menghindari tarif 36%.
CNBC-TV18 India melaporkan bahwa AS dan India kemungkinan akan mencapai keputusan akhir mengenai "mini trade deal" dalam 24-48 jam ke depan, dengan tarif rata-rata atas ekspor India ke AS ditetapkan sebesar 10%.
Hassett menambahkan bahwa kerangka kesepakatan yang sudah dicapai dengan Inggris dan Vietnam bisa menjadi contoh bagi negara lain.
Sementara Miran menyebut kesepakatan dengan Vietnam sebagai "luar biasa menguntungkan" bagi AS.
"Sangat sepihak. Kita bisa menerapkan tarif signifikan atas ekspor Vietnam, sementara mereka membuka pasar mereka dan mengenakan nol tarif atas produk kita," ujar Miran.