Sumber: Inc. | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor legendaris Warren Buffett menegaskan bahwa integritas merupakan kunci utama dalam membedakan orang yang benar-benar sukses dari mereka yang sekadar bermimpi.
Menurutnya, kemampuan atau ambisi saja tidak cukup jika tidak disertai dengan karakter yang jujur dan berintegritas.
“Jika Anda ingin merekrut seseorang tanpa integritas, Anda menginginkan mereka yang malas dan bodoh,” kata Buffett dalam salah satu pernyataannya yang terkenal.
Ia menilai bahwa orang yang cerdas dan bersemangat tetapi tidak berintegritas justru bisa membawa kerugian besar, karena berpotensi menggunakan bakatnya untuk manipulasi demi kepentingan pribadi.
Baca Juga: Bukan Uang atau Jabatan, Warren Buffett Ungkap Ukuran Seseorang Capai Kesuksesan
Buffett menegaskan, para pemimpin tidak boleh hanya mencari keterampilan, kreativitas, atau ambisi, melainkan juga memastikan nilai kejujuran melekat pada seseorang. Baginya, kesuksesan dan integritas adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Ia mengingatkan adanya mitos berbahaya dalam kepemimpinan bahwa hasil semata-mata menentukan kesuksesan.
“Jika hasil dicapai dengan jalan pintas, mengkhianati kepercayaan, atau mengorbankan orang lain, kesuksesan itu tidak akan bertahan lama, begitu juga reputasi Anda,” ujarnya.
Sejumlah pemimpin dunia bisnis dinilai berhasil membuktikan hal ini. Satya Nadella, CEO Microsoft, mengubah budaya kerja keras yang penuh kompetisi menjadi kolaboratif, sehingga mendorong inovasi dan keuntungan.
Indra Nooyi, mantan CEO PepsiCo, menempatkan “Kinerja dengan Tujuan” sebagai strategi inti dengan menyeimbangkan pertumbuhan perusahaan dan tanggung jawab sosial.
Baca Juga: Warren Buffett Ungkap Ukuran Kesuksesan Sejati, Bukan Uang atau Jabatan
Sementara itu, Howard Schultz membangun loyalitas Starbucks bukan hanya lewat produk, melainkan juga melalui budaya keadilan dan kepedulian terhadap karyawan.
Ketiga contoh tersebut menunjukkan bahwa integritas bukan sekadar nilai tambahan, melainkan strategi jangka panjang untuk pertumbuhan. Ketika orang percaya pada pemimpinnya, mereka akan bekerja lebih keras, bertahan lebih lama, dan menciptakan budaya kerja yang solid.
Namun, Buffett juga mengingatkan bahwa menjaga budaya integritas dalam sebuah organisasi bukan perkara mudah.
Pemimpin perlu memastikan karakter lebih diutamakan daripada sekadar kompetensi dalam perekrutan, menjadikan kepercayaan sebagai salah satu ukuran kinerja, bertindak tegas terhadap pelanggaran etika, serta meneladani nilai kejujuran dalam setiap keputusan.
Baca Juga: Pegang Uang Cash Rp 5.500 Triliun Lebih, Warren Buffett Ungkap Strateginya
Nasihat Buffett sederhana namun tajam: jangan pernah menukar integritas dengan bakat.
“Keterampilan bisa diajarkan, dorongan bisa diinspirasi. Tetapi jika kompas moral seseorang rusak, Anda lebih baik tanpanya,” tegasnya.
Bagi Buffett, dalam kepemimpinan maupun kehidupan, karakter bukan hanya hal utama. karakter adalah segalanya.