Sumber: Reuters | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON D.C. - Pada Jumat lalu, Ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat Amerika Serikat, Ben Cardin, menyatakan pemerintah Amerika Serikat telah memberikan dukungannya terhadap penjualan yang diusulkan Lockheed Martin F-16 ke Turki. Persetujuan ini sebagai balasan setelah Ankara menyetujui keanggotaan Swedia masuk menjadi anggota NATO.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah mengirim surat kepada anggota Kongres pada hari Rabu (24/1), agar mendorong persetujuan penjualan senilai US$ 20 miliar. Hal ini diungkapkan oleh tiga orang sumber kepada Reuters. Global Defence Insight memperkirakan nilai transaksi pesawat tempur produksi Lockheed Martin F-16 beserta kit modernisasinya ke Turki mencapai US$ 23 miliar.
Departemen Luar Negeri AS menyetujui kesepakatan senilai $23 miliar untuk menjual jet tempur F-16 baru sebanyak 40 unit, dan peralatan modernisasi bagi sebanyak 79 unit F16 yang saat ini sudah dimiliki oleh Turki.
Sebagai catatan saat ini Angkatan Udara Turki mengoperasikan total sebanyak 270 pesawat F-16 C/D dalam inventarisnya, semuanya adalah model Block 30/40/50. Turki adalah salah satu dari lima negara yang memproduksi F-16 secara lokal dengan kode F-16s.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyatakan bahwa ia menantikan keputusan Amerika Serikat terkait penjualan pesawat F-16 ke Turki.
Sebelumnya, pada Rabu, Presiden Biden mengirim surat kepada pemimpin komite-komite kunci di Capitol Hill, memberitahu mereka tentang niatnya untuk memulai proses pemberitahuan resmi terkait penjualan pesawat F-16 ke Turki setelah Ankara menyelesaikan proses keanggotaan NATO Swedia.
Dalam surat tersebut, Presiden Biden mendesak Kongres untuk menyetujui penjualan tersebut "tanpa menunda," menurut pejabat AS.
Parlemen Turki telah menyetujui keanggotaan NATO Swedia pada hari Selasa (23/1), mengatasi hambatan utama dalam perluasan aliansi militer Barat setelah 20 bulan tertunda.
Baca Juga: Turki Akhirnya Restui Swedia Bergabung dengan NATO
Surat tersebut dikirim pada hari Rabu, dan pemerintahan Biden belum secara resmi memberi tahu Kongres mengenai rencana penjualan tersebut.
Keterlambatan Turki dalam menyetujui ratifikasi telah menjadi hambatan utama untuk mendapatkan persetujuan Kongres terkait kesepakatan jet tempur generasi 4.5 tersebut.
Anggota Kongres menyatakan bahwa mereka menunggu persetujuan Turki terhadap keanggotaan NATO Swedia, termasuk tanda tangan Presiden Erdogan, sebelum memutuskan apakah akan menyetujui penjualan.
Departemen Luar Negeri AS juga mendesak Ankara pada hari Rabu untuk secara resmi menyelesaikan ratifikasi NATO Swedia. Erdogan perlu menandatangani undang-undang tersebut, yang kemudian akan dipublikasikan dalam Lembaran Negara Resmi Turki. Instrumen keanggotaan Swedia juga perlu dikirim ke Washington.
Departemen Luar Negeri AS menolak memberikan jadwal yang pasti untuk proses pemberitahuan resmi terkait penjualan pesawat F-16.
Chris Van Hollen, seorang Senator Demokrat yang duduk di Komite Hubungan Luar Negeri Senat, mempertanyakan persetujuan cepat terkait penjualan tersebut.
Ia menyatakan bahwa para legislator membutuhkan jaminan dari pemerintahan Biden dan Turki terlebih dahulu.
"Selama sebagian besar waktu, Presiden Erdogan telah menjadi sekutu NATO yang tidak setia - jadi ini adalah berita yang disambut baik,” ujar Van Hollen.
Meskipun demikian, ia masih memiliki pertanyaan tentang serangan Erdogan terhadap sekutu AS di Kurdi Suriah.
"Tindakan agresifnya di Laut Tengah Timur, dan peran yang dimainkannya dalam mendukung serangan militer Azerbaijan terhadap Nagorno-Karabakh," tambahnya.