kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ancaman Duterte: Mereka yang menolak vaksin Covid-19 akan dipenjara


Selasa, 22 Juni 2021 / 05:48 WIB
Ancaman Duterte: Mereka yang menolak vaksin Covid-19 akan dipenjara
ILUSTRASI. Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengancam akan memenjarakan orang yang menolak mendapatkan vaksinasi virus corona. REUTERS/Eloisa Lopez


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - MANILA. Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengancam akan memenjarakan orang yang menolak mendapatkan vaksinasi virus corona. Saat ini, Filipina tengah memerangi salah satu wabah terburuk di Asia, dengan lebih dari 1,3 juta kasus dengan lebih dari 23.000 kematian.

"Anda memilih, vaksin atau saya akan memenjarakan Anda," kata Duterte dalam pidato yang disiarkan televisi pada Senin (21/6/2021), menyusul adanya laporan jumlah warga yang rendah di beberapa lokasi vaksinasi di ibu kota Manila.

Pernyataan Duterte bertentangan dengan pernyataan pejabat kesehatannya yang mengatakan bahwa meskipun warga Filipina didesak untuk mendapatkan vaksin Covid-19, namun hal itu bersifat sukarela.

"Jangan salah paham, ada krisis di negara ini. Saya hanya kesal dengan warga Filipina yang tidak mengindahkan pemerintah," kata Duterte seperti yang dikutip Reuters.

Baca Juga: Presiden Filipina dan Manny Pacquiao berseteru, ini penyebabnya

Pada 20 Juni, pihak berwenang Filipina telah memvaksinasi penuh 2,1 juta orang. Dapat dikatakan, ini merupakan kemajuan yang lambat menuju target pemerintah untuk mengimunisasi hingga 70 juta orang tahun ini di negara berpenduduk 110 juta.

Duterte, yang telah dikritik karena pendekatannya yang keras untuk menahan penyebaran virus corona, juga mendukung keputusannya untuk tidak membiarkan sekolah dibuka kembali.

Baca Juga: Rodrigo Duterte menyebut petinju Manny Pacquiao layak jadi penerusnya

Dalam pidato yang sama, ia mengecam Pengadilan Kriminal Internasional, setelah seorang jaksa ICC meminta izin dari pengadilan untuk melakukan penyelidikan penuh atas pembunuhan perang narkoba di Filipina. 

Duterte, yang pada Maret 2018 membatalkan keanggotaan Filipina dalam perjanjian pendirian ICC, mengulangi bahwa dia tidak akan bekerja sama dengan penyelidikan tersebut, dengan menggambarkan ICC sebagai "omong kosong".

"Mengapa saya membela atau menghadapi tuduhan di depan orang kulit putih. Anda pasti gila," kata Duterte, yang setelah memenangkan kursi kepresidenan pada 2016 melancarkan kampanye antinarkotika yang telah menewaskan ribuan orang.

Selanjutnya: Bakal segera lengser, Duterte sudah punya daftar calon penerus dirinya




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×