Reporter: Sam Cahyadi, Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
LUKSEMBURG. Angka pengangguran di Eropa selama empat bulan terakhir hingga Juni tetap stabil. Perekonomian Eropa telah menandakan terjadinya pendinginan. Selain itu, pemerintah negara-negara Eropa berusaha meyakinkan para investor bahwa mereka bisa mengatasi krisis utang yang terjadi.
Menurut laporan Kantor Statistik Uni Eropa di Luksemburg, Senin (1/8) waktu setempat, rata-rata angka pengangguran di 17 negara anggota Zona Euro masih tetap sebesar 9,9%. Spanyol menjadi negara dengan tingkat pengangguran tertinggi, yakni sebesar 21% dan Austria terendah dengan jumlah penganggur 4%.
Perusahaan-perusahaan di banyak negara-negara Zona Euro enggan meningkatkan perekrutan tenaga kerja, karena pemerintah memangkas belanja untuk mendanai defisit pemulihan yang tertatih-tatih.
Pertumbuhan industri manufaktur melambat pada bulan Juli dan kepercayaan diri ekonomi Eropa berkurang. Utang yang membebani Yunani dan Portugal menjadi hambatan keluar dari krisis.
"Kami melihat perlambatan ekonomi yang tajam belakangan ini dan krisis utang juga mulai berdampak terhadap keputusan-keputusan bisnis," kata Nick Kounis, Kepala Peneliti Makro ABN Amro Bank NV di Amsterdam. "Kami bahkan bisa melihat tekanan baru terhadap angka pengangguran dalam beberapa bulan ke depan," sambungnya.
Jerman yang menggerakkan pertumbuhan di Zona Euro lewat ekspor menjadi pengecualian utama. Di Juni, pengangguran di negara pemilik perekonomian terbesar itu tercatat tetap 6,1%. Bayerische Motoren Werke AG, produsen kendaraan mewah terbesar di dunia itu akan merekrut 2.000 orang tahun ini.
Sedangkan pengangguran di Prancis naik menjadi 9,7% dari 9,6% di bulan Mei. Sedangkan, pengangguran di Italia turun menjadi 8% dari 8,1%. Sekitar 15,6 juta orang di Eropa diberhentikan pada bulan Juni, naik 18.000 dari bulan sebelumnya.