Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Perusahaan-perusahaan AS kembali menggunakan opsi lindung nilai valuta asing untuk menjaga arus kas. Sejumlah bankir menyebut, mereka khawatir pemilihan presiden AS dan kebijakan suku bunga The Fed akan berpengaruh pada volatilitas mata uang.
Pengalaman sebelumnya perubahan mata uang dapat meningkatkan beban, mengganggu arus kas hingga menurunkan pendapatan. Seperti terjadi pada 2020 hingga 2022 dimana harga-harga melonjak selama pandemi Covid-19.
Sekitar 90% perusahaan AS yang disurvei pada bulan April oleh platform perdagangan mata uang MillTechFC mengaku telah merencanakan membeli lebih banyak opsi. Kemudian survei MillTechFX kepada 250 perusahaan lainnya, terungkap kalau perusahaan AS melakukan lindung nilai terhadap 48% eksposur mata uang mereka pada kuartal kedua, naik dari 46% pada kuartal sebelumnya.
"Seiring dengan perkembangan kondisi ekonomi makro dan kemungkinan menyebabkan peningkatan volatilitas mata uang, (perusahaan-perusahaan) menjadi lebih sadar akan dampaknya pada neraca mereka," kata Nick Wood, kepala eksekusi di MillTechFX seperti dikutip dari Reuters, Rabu (28/8).
Dengan nilai kurs yang ditentukan sebelumnya, memungkinkan perusahaan untuk melunakkan dampak pergerakan mata uang dengan mengunci kurs terburuk. Mereka masih dapat memperoleh keuntungan jika mata uang tersebut pulih.
Beberapa bankir menyebut peningkataan permintaan untuk lindung nilai sebagai tanda bahwa banyak perusahaan menganggap serius risiko kebijakan, khususnya pemilihan umum pada tanggal 5 November.
Baca Juga: Periksa Kurs Dollar-Rupiah di Bank Mandiri Hari Ini Rabu (28/8), Cek Informasi Valas
Calon presiden AS dari Partai Republik Donald Trump dengan kebijakan inflasi yang berencana untuk menaikkan tarif dan mengekang imigrasi. Lalu rencana calon presiden dari Partai Demokrat Wakil Presiden Kamala Harris untuk bantuan perumahan dan mengekang penimbunan harga dapat memiliki efek beragam pada inflasi.
Para eksekutif perusahaan AS lebih banyak berbicara tentang pemilihan umum pada panggilan pendapatan daripada pada tahun 2020, sering mengutip tarif dan perdagangan sebagai masalah, Reuters melaporkan.
"Pemilu memiliki dispersi hasil yang cukup luas untuk valuta asing secara umum, terutama di sekitar beberapa kebijakan seputar tarif," kata Garth Appelt, kepala valuta asing dan derivatif pasar berkembang di Mizuho Americas, mencatat "peningkatan besar" dalam penggunaan opsi.
Meskipun volatilitasnya rendah, Garth Appelt, kepala valuta asing dan derivatif pasar berkembang di Mizuho Americas mengatakan tetapi lindung nilai memungkinkan perusahaan untuk membeli perlindungan dengan harga murah pada peristiwa yang dapat cukup menggerakkan pasar.
Data LSEG menunjukkan volatilitas tersirat pada kontrak opsi at-the-money untuk membeli atau menjual poundsterling Inggris atau euro terhadap dolar AS setahun dari sekarang menunjukkan bahwa kontrak tersebut sekitar 30% lebih murah daripada dua tahun lalu.
Sejauh ini yang dikhawatirkan perbedaan dalam kebijakan bank sentral mengenai pemotongan suku bunga dapat memicu pergerakan mata uang. Ekspektasi pelonggaran Fed menjatuhkan dolar ke level terendah delapan bulan terhadap sekeranjang mata uang pada awal pekan ini.
"Kami melihat orang-orang melakukan lindung nilai. Ini menunjukkan kepada saya bahwa perusahaan tidak mengalihkan perhatian mereka dari sasaran." kata Thomas Kikis, kepala penjualan korporat global, pasar keuangan di Standard Chartered.