Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - SYDNEY. ANZ Group sepakat membayar denda sebesar A$240 juta atau sekitar US$159,5 juta (Rp2,5 triliun).
Nilai ini menjadi sanksi terbesar yang pernah dijatuhkan regulator keuangan Australia kepada satu entitas, menyusul serangkaian pelanggaran mulai dari praktik “tidak berperikemanusiaan” dalam transaksi obligasi pemerintah hingga penagihan biaya pada nasabah yang telah meninggal dunia.
“Berkali-kali ANZ mengkhianati kepercayaan masyarakat Australia,” ujar Ketua Australian Securities and Investments Commission (ASIC) Joe Longo pada Senin (15/9/2025).
Baca Juga: Setelah ANZ, National Australia Bank (NAB) Pangkas Ratusan Pekerja di Australia
Sanksi ini menjadi catatan kelam bagi bank terbesar keempat di Australia tersebut.
Pekan lalu, ANZ juga mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 3.500 karyawan sebagai bagian dari strategi CEO baru, Nuno Matos, untuk meningkatkan profitabilitas.
Ketua ANZ, Paul O’Sullivan, mengakui pihaknya telah mengecewakan para nasabah.
“Bank harus melakukan perubahan signifikan dalam cara kami beroperasi. Kami meminta maaf tanpa reserve atas tindakan kami,” katanya.
Sejak 2016, ASIC telah mengajukan 11 perkara perdata terhadap ANZ dengan total denda lebih dari A$310 juta. Dalam setiap kasus, ANZ selalu mengakui tuduhan yang diajukan.
Kesepakatan terbaru ini, yang masih menunggu persetujuan Pengadilan Federal, menyelesaikan lima investigasi terpisah terkait divisi Australian Markets dan Retail ANZ.
Baca Juga: ANZ Australia PHK 3.500 Pekerja Atau 8% dari Total Karyawan
Salah satu kasus utama adalah perilaku ANZ dalam penerbitan obligasi pemerintah senilai A$14 miliar pada 19 April 2023.
Menurut ASIC, ANZ menjual volume besar obligasi berjangka 10 tahun saat penentuan harga, sehingga menekan harga obligasi dan berpotensi mengurangi dana yang masuk ke pemerintah Australia.
Dana tersebut seharusnya digunakan untuk layanan publik vital, seperti kesehatan dan pendidikan.
Lebih jauh, ANZ juga menyesatkan pemerintah terkait data volume perdagangan obligasi selama hampir dua tahun. Data ini digunakan otoritas untuk memilih dealer dalam penerbitan obligasi.
Selain kasus obligasi, ANZ juga terbukti gagal dalam layanan perbankan ritel. Antara Juli 2013 hingga Januari 2024, bank tidak membayar bunga bonus yang dijanjikan kepada nasabah baru akibat kelemahan sistem.
Lebih parah lagi, antara Juli 2019 hingga Juni 2023, ANZ masih menagih biaya pada ribuan nasabah yang telah meninggal.
“Jelas kami punya masalah di divisi Retail Australia, khususnya dalam pengelolaan risiko non-keuangan,” ujar CEO Nuno Matos.
Baca Juga: ANZ Proyeksi Harga Emas Bisa Mencapai US$ 3.200
ANZ menyatakan akan menyerahkan rencana perbaikan kepada Otoritas Regulasi Prudensial Australia (APRA) akhir bulan ini, dengan estimasi biaya A$150 juta hingga tahun buku 2026.
Sebelumnya, ANZ juga telah memecat atau menskors sejumlah trader terkait dugaan perilaku tidak pantas di bisnis pasar modalnya.