kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.849   -109,00   -0,69%
  • IDX 7.416   -76,23   -1,02%
  • KOMPAS100 1.146   -13,08   -1,13%
  • LQ45 907   -12,67   -1,38%
  • ISSI 225   -1,05   -0,47%
  • IDX30 467   -7,79   -1,64%
  • IDXHIDIV20 564   -8,40   -1,47%
  • IDX80 131   -1,45   -1,09%
  • IDXV30 140   -0,65   -0,46%
  • IDXQ30 156   -2,00   -1,26%

Apa jadinya jika Hollywood menggandeng China?


Sabtu, 14 Juli 2012 / 16:20 WIB
Apa jadinya jika Hollywood menggandeng China?
ILUSTRASI. Ketua Satgas Waspada Investasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Tongam Lumban Tobing. ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang/ama.


Reporter: Rika Theo, Reuters |

BEIJING. Lonjakan pendapatan dari film-film box office China tahun lalu mengoda Hollywood. Hollywood kini mulai serius mencari partner lokal di China untuk mencuil rezeki dari pasar negeri kung fu itu.

Produksi film bersama antara lokal dan asing memang dikecualikan dari kuota film asing yang diperbolehkan tayang di China. Celah ini bakal dimanfaatkan oleh studio-studio film Hollywood untuk menembus pasar China.

Motion Pictures Association of America (MPAA) menghitung film-film box office China menghasilkan lebih dari US$ 2 miliar per tahun. “China adalah pasar yang tumbuh luar biasa,” kata Dan Mintz, CEO DMG Entertainment Group. DMG tahun ini meneken perjanjian dengan Disney untuk ikut memproduksi "Iron Man 3" yang dibintangi Robert Downey Junior.

Ia menuturkan, yang akan menjadi lampu hijau bagi industri film di masa depan adalah kombinasi antara sentimen Amerika Serikat dengan Hollywood di pusatnya dan pasar besar seperti China. “Yang mesti benar-benar dicermati adalah bagaimana hal itu mengubah proses berpikir ketika mulai membuat film,” imbuhnya.

Mintz juga sedang memproduksi film Looper bersama China. Looper dibintangi oleh Bruce Willis, Joseph Gordon-Levitt, Emily Blunt, dan bintang film China Xu Qing. Film itu dijadwalkan rilis global pada 28 September.

Untuk penayangan di China, DMG berencana mengembalikan beberapa adegan yang diambil di Shanghai yang sebenarnya dipotong. Langkah itu tak lain untuk memikat penonton China.

“Fokus kami adalah membuat film internasional, yang rilis secara internasional, bertabur bintang dengan elemen China di dalamnya. Kriterianya memang sangat spesifik sehingga kami mencari naskah yang cocok yang akan bergaung di dunia dan di China,” tutur Mintz.

Sejumlah sutradara film Hollywood rupanya sudah sejalan pikiran dengan Mintz. April lalu, James Cameron mengumumkan di Beijing International Film Festival bahwa ia mencari peluang produksi bersama di China. Tebak untuk film apa? Ya, sekuel film mega box office Avatar.

Di China, Avatar meraup US$ 195 juta, nilai terbesar di pasar internasional di luar AS. Menurut 20th Century Fox, rilis ulang film "Titanic" dalam 3D menghasilkan pendapatan kotor US$67 juta di China hanya dalam enam hari pertama.

Tak mudah menembus China

Tapi pasar China bukanlah pasar yang mudah ditembus. Sejumlah analis menungkapkan berbagai kendala mulai dari kuota impor film dan sensor yang ketat.

China memang sudah menaikkan kuota film asing di Februari lalu, namun jumlahnya hanya sebatas 34 setahun. Pendapatan box office yang bisa dibagi ke studio film juga hanya 25%. Di AS, standar pembagian pendapatan antara bioskop dan studio ini adalah 50:50.

"Aturan ketat juga membatasi film-film yang boleh diputar di China,” kata William Pfeiffer, Chief Executive Dragongate Entertainment, produsen film Hong Kong.

Tak cuma itu, sensor dari pemerintah China juga akan mempengaruhi kualitas film. Masalah lain yang lebih besar adalah pembajakan. Pasar DVD di China mengandalkan kopian-kopian film bajakan.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×