Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
RIYADH. Arab Saudi memberikan sinyal atas kesiapannya untuk memangkas produksi minyak lebih besar dari estimasi. Hal ini menjadi pengumuman yang cukup mengejutkan setelah Rusia dan negara non-OPEC lainnya bersedia untuk memangkas produksi minyak mereka tahun depan.
Sebelumnya, pada 30 November lalu, Riyadh setuju untuk memotong produksi minyak mereka menjadi 10,06 juta barel per hari. Jumlah tersebut turun dari rekor tertinggi yang hampir mencapai 10,7 juta barel pada Juli lalu.
"Saya bisa memastikan bahwa efektif per 1 Januari, kami akan memangkas produksi minyak dan penurunan kuota produksi ini bisa lebih dalam lagi dari komitmen kami yang disepakati pada 30 November lalu," demikian kara Menteri Perminyakan Arab Saudi Khalid al Falih, Sabtu (10/12) lalu.
Pernyataan itu menjadi angin segar bagi pasar minyak.
"Ini merupakan hal yang mengejutkan dari Arab Saudi. Pernyataan itu menunjukkan komitmen dari Riyadh untuk menyeimbangkan kembali pasar minyak dan bisa mengakhiri kecemasan mengenai komitmen kesepakatan OPEC," jelas Amrita Sen, chief of oil analyst Energy Aspects Ltd di Lodnon.
Sekadar informasi, harga minyak dunia sudah melejit lebih dari 15% sejak pengumuman kesepakatan OPEC pada 30 November lalu. Pada waktu itu, OPEC menyepakati pemangkasan produksi minyak pertama dalam delapan tahun terakhir.
Alhasil, harga minyak sempat melonjak ke US$ 55 per barel pada pekan ini. Lompatan harga minyak juga membuat saham-saham berbasis energi melejit. Sebut saja Exxon Mobil Corp dan Continental Resources Inc.