Sumber: Bloomberg | Editor: Hendra Gunawan
DUBAI. Arab Saudi menunda proyek program energi baru dan terbarukan senilai US$ 109 miliar. Semula, proyek itu dijadwalkan akan kelar dalam waktu delapan tahun. Kini, Arab Saudi belum yakin apakah akan menggunakan teknologi panel tersebut.
Pemerintah Arab Saudi berambisi pada tahun 2032 akan menghasilkan sepertiga dari kebutuhan listrik nasional berasal dari tenaga surya, angin, panas bumi dan reaktor nuklir.
"Kami telah merevisi outlook untuk fokus pada 2040 sebagai tonggak utama untuk perencanaan energi jangka panjang di Arab Saudi," ujar Hasyim Yamani, Presiden King Abudullah City for Atomic and Renewable Energy (Ka-Care) kepada Bloomberg.
Populasi Arab Saudi meningkat empat kali lipat menjadi 30 juta penduduk dalam 40 tahun. Pada tahun 2032, kebutuhan listrik Arab Saudi diperkirakan mencapai 129 gigawatt (GW). Pada 2012, Ka-Care menyatakan akan membangun 41 GW pembangkit tenaga surya dan 21 GW pembangkit panas bumi dalam dua dekade mendatang.