Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Amerika Serikat (AS) tengah bimbang. Pasalnya, akhir bulan ini, AS harus membuat keputusan apakah akan menjatuhkan sanksi kepada China soal perdagangan. Sebab, AS tengah mengalami defisit neraca perdagangan akibat impor yang tinggi dibandingkan ekspor.
Mengutip laporan Asia Nikkei (10/1), hingga kini, Presiden AS Donald Trump belum mengambil tindakan atas masalah tersebut. Karena, negara super power ini khawatir keputusan sanksi dapat mempengaruhi perdagangan antara AS dengan negara-negara lain yang akan memicu aksi balas dendam.
Komisi Perdagangan Luar Negeri AS mengatakan, perusahaan AS telah merugi atas peningkatan impor dan rekomendasi tarif sebesar 35%. Untuk itu, pemerintah bisa memutuskan mengetatkan regulasi perdagangan antar negara.
Kebijakan selanjutnya yang dilakukan Trump adalah segera memutuskan untuk memberlakukan tindakan safeguard untuk panel surya. Langkah ini untuk menyaingi China sebagai pemain utama dalam produksi panel surya.
Pemerintah AS sebelumnya telah mengenakan taif anti-dumping dan melakukan perhitungan ulang untuk produk panel surya. Sementara itu, perusahaan-perusahaan China telah mengantisipasi tersebut dengan memindahkan produksi ke Asia Tenggara.
Tak hanya itu, AS juga mempertimbangkan pembatasan impor aluminium dan baja atas dasar keamanan nasional. Departemen Perdagangan AS tengah melakukan penyelidikan mengenai dampak impor baja terhadap kemampuan memproduksi peralatan pertahanan.
"China sangat merugikan kami dalam perdagangan, tapi saya bersikap lunak terhadap China," kata Trump kepada The New York Times dalam sebuah wawancara pada bulan Desember tahun lalu.
Lebih lanjut, Trump menyatakan kekecewaannya terhadap negara tersebut, karena China dilaporkan tidak sepenuhnya mematuhi sanksi. Pembatasan perdagangan ini hanya akan memperdalam keretakan Sino-Amerika di tengah ketegangan terkait pengembangan senjata Pyongyang.
Mantan Presiden Dewan Perdagangan Luar Negeri Nasional AS, William Reinsch memperingatkan agar tidak memprovokasi China. Dia berpendapat bahwa langkah sanski hanya akan membawa pada tindakan balasan dari Beijing dan gagal untuk menangani masalah mendasar.
AS perlu waspada sebab gerakan garis keras untuk perdagangan China kemungkinan akan berdampak pada ekonomi dan industri di negeri paman Sam ini. Misalnya, safeguard tidak hanya akan berdampak pada impor dari China, tetapi dari negara lain seperti Kanada, Korea Selatan dan Jepang.
Selain itu, perusahaan di AS yang menggunakan panel baja, aluminium dan solar juga merasa khawatir, karena pembatasan perdagangan dengan China akan meningkatkan biaya operasional perusahaan.