Sumber: Reuters | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump sedang menyusun kebijakan baru yang akan mendorong para produsen semikonduktor untuk meningkatkan produksi chip di dalam negeri. Ini guna menyamai volume impor pelanggan mereka dari luar negeri, atau menghadapi tarif tinggi, demikian dilaporkan Wall Street Journal pada Jumat (26/9).
Langkah ini merupakan bagian dari upaya Trump untuk mempercepat reshoring industri semikonduktor sektor yang dianggap krusial bagi keamanan ekonomi dan nasional AS. Dalam proposal yang sedang digodok, perusahaan chip akan dikenakan tarif impor sekitar 100% jika tidak mampu mempertahankan rasio 1:1 antara produksi domestik dan volume impor pelanggan
Di bawah proposal ini, perusahaan yang berkomitmen membangun pabrik chip di AS akan diberikan kredit volume yang memungkinkan mereka mengimpor chip tanpa tarif hingga pabrik selesai dibangun. Kebijakan ini juga akan mencakup insentif awal untuk membantu meningkatkan kapasitas produksi domestik.
Baca Juga: Persaingan Bertambah Sengit, Perusahaan AI Rajin Mengayunkan Langkah Ekspansi
Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick dikutip Reuters telah menyampaikan ide ini kepada para eksekutif perusahaan semikonduktor dan menekankan pentingnya kebijakan tersebut bagi ketahanan ekonomi nasional.
"Amerika tidak boleh bergantung pada impor luar negeri untuk produk semikonduktor yang penting bagi keamanan nasional dan ekonomi kita," ujar Juru Bicara Gedung Putih Kush Desai, seperti dikutip Wall Street Journal. Namun, Desai menambahkan semua laporan terkait kebijakan masih bersifat spekulatif hingga ada pengumuman resmi.
Gedung Putih dan Departemen Perdagangan belum memberikan komentar atas permintaan dari Reuters.
Langkah Trump ini telah memicu gelombang investasi besar-besaran baik dari perusahaan domestik maupun internasional untuk memperluas kapasitas manufaktur chip di AS, yang kini dipandang sebagai prioritas strategis nasional.
Saham GlobalFoundries, produsen chip kontrak terbesar ketiga di dunia, melonjak 10% dalam perdagangan pra-pasar setelah kabar tersebut beredar. Perusahaan yang berbasis di Malta, New York itu memiliki kapasitas manufaktur signifikan di AS dan saat ini sedang menggelontorkan US$ 16 miliar untuk ekspansi pabrik di New York dan Vermont menjadikannya salah satu yang paling diuntungkan dari kebijakan ini.