Sumber: Channel News Asia | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - PYONGYANG. Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) pada harii Senin (26/9) memulai latihan angkatan laut gabungan di dekat semenanjung Korea. Ini merupakan latihan angkatan laut gabungan pertama bagi keduanya dalam lima tahun.
Latihan militer gabungan ini tampak seperti respons atas peluncuran rudal balistik yang dilakukan Korea Utara (Korut) satu hari sebelumnya.
Channel News Asia melaporkan, latihan ini akan berlangsung selama empat hari dan melibatkan lebih dari 20 kapal dan berbagai jenis pesawat.
Angkatan Laut Korsel menjelaskan bahwa semua armada disiapkan untuk melakukan latihan tentang operasi perang anti-kapal dan anti-kapal selam, manuver taktis dan operasi maritim lainnya.
Baca Juga: Korea Utara Diduga Sedang Bersiap Melakukan Uji Coba Rudal Balistik dari Kapal Selam
Dalam pernyataan resminya, pihak angkatan laut juga menjelaskan bahwa latihan ini disiapkan untuk menunjukkan keinginan kuat dari aliansi Korsel-AS untuk menanggapi provokasi Korut.
"Latihan ini disiapkan untuk menunjukkan tekad kuat aliansi Korsel-AS dalam menanggapi provokasi Korut. Melalui latihan ini, kami semakin meningkatkan kemampuan untuk melakukan operasi gabungan antara angkatan laut kedua negara," kata Kwak Kwang-sub, seorang perwira senior Angkatan Laut Korea Selatan
Latihan ini digelar satu hari setelah Pyongyang melakukan peluncuran rudal balistik. Seoul mendeteksi tanda-tanda bahwa tetangganya itu sedang bersiap untuk menembakkan Rudal Balistik yang Diluncurkan Kapal Selam (SLBM).
Senjata sejenis terakhir kali diuji coba pada bulan Mei lalu.
Baca Juga: Tak Peduli Kecaman Asing, Kim Jong Un Bertekad Pertahankan Senjata Nuklir
Korut semakin membuat tetangga khawatir setelah awal bulan ini pemerintah Kim Jong Un merevisi undang-undang nuklirnya yang salah satu poin pentingnya adalah bersumpah untuk tidak akan menghilangkan kemampuan nuklirnya.
Di bawah undang-undang baru, Korut juga dapat melakukan serangan nuklir secara otomatis dan segera jika sistem komando dan kontrol kekuatan nuklir ada di bawah ancaman serangan musuh.
Perubahan itu tak lepas dari pandangan Korut yang merasa bahwa serangkaian latihan militer gabungan Korsel dan AS merupakan persiapan untuk invasi.