kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,54   -10,97   -1.19%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

AS Tetap Kirim Senjata ke Israel dalam Jumlah Besar, Penundaan Biden Nilainya Kecil


Jumat, 10 Mei 2024 / 07:58 WIB
AS Tetap Kirim Senjata ke Israel dalam Jumlah Besar, Penundaan Biden Nilainya Kecil
ILUSTRASI. Rudal anti-tank Javelin berada di atas panggung saat Presiden AS Joe Biden menyampaikan pidato tentang mempersenjatai Ukraina setelah tur ke pabrik senjata Lockheed Martin di Troy, Alabama, AS, Selasa (3/5/2022). REUTERS/Jonathan Ernst


Sumber: Reuters | Editor: Syamsul Azhar

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON - Persenjataan AS senilai miliaran dolar tetap dalam proses pengiriman untuk membantu militer Israel. Pengiriman senjata ini dilakukan meskipun pemerintahan Presiden AS Joe Biden saat ini memerintahkan adanya penundaan satu pengiriman bom dan peninjauan terhadap pengiriman lainnya. 

Bantuan senjata yang ditunda oleh Biden adalah bantuan yang nilainya sangat kecil. Sementara bantuan senjata dalam jumlah besar untuk militer Israel yang berperang di Palestina tetap terus dilanjutkan.

Kepastian pengiriman senjata pemusnah massal dalam jumlah besar bagi militer Israel ini diungkapkan oleh Senator Jim Risch, petinggi Partai Republik di Komite Hubungan Luar Negeri Senat.

Baca Juga: Joe Biden Berharap Genjatan Senjata Israel Hamas Bisa Terwujud Sebelum Ramadan

Senator Jim Risch, petinggi Partai Republik di Komite Hubungan Luar Negeri Senat, kepada wartawan mengatakan, berbagai macam peralatan militer lainnya akan segara dikirim ke Israel, termasuk amunisi  joint direct attack munitions (JDAMS), yang mampu mengubah "bom bodoh" menjadi senjata presisi mematikan. Selain itu, ada juga peluru untuk tank, mortir, dan kendaraan taktis lapis baja dalam paket pengiriman itu.

Risch mengatakan, pengiriman amunisi dan senjata kepada Israel tersebut tidak melalui proses persetujuan secepat yang seharusnya. Mengingat beberapa kesepakatan telah dikerjakan sejak Desember 2023. Sementara bantuan untuk Israel biasanya hanya melalui proses peninjauan dalam beberapa minggu.

Tak satu pun dari perjanjian senjata tersebut merupakan bagian dari paket bantuan ke Israel yang ditandatangani Biden bulan lalu, yang mencakup sekitar US$ 26 miliar untuk mendukung Israel dan memberikan bantuan kemanusiaan.

Secara terpisah, Gregory Meeks, petinggi Partai Demokrat di Komite Urusan Luar Negeri Dewan Perwakilan Rakyat, telah menunda paket transfer senjata senilai US$ 18 miliar untuk Israel yang akan mencakup lusinan pesawat tempur canggih F-15 dari Boeing Co. 

Baca Juga: Biden Berharap Perpanjangan Gencatan Senjata Israel-Hamas

Sementara ini, Meeks menunggu informasi lebih lanjut mengenai caranya. Israel akan menggunakannya dalam perang menghancurkan Gaza dan Rafah Palestina.

Risch dan Meeks adalah dua dari empat anggota parlemen AS – ketua dan anggota senior Hubungan Luar Negeri Senat serta ketua dan anggota senior dalam Urusan Luar Negeri DPR – yang meninjau kesepakatan senjata luar negeri yang besar.

Perintah Presiden Biden

Seorang pejabat senior AS mengatakan pekan ini bahwa pemerintah telah meninjau pengiriman senjata yang mungkin digunakan Israel untuk invasi besar-besaran ke Rafah, sebuah kota di Gaza selatan di mana lebih dari 1 juta warga sipil mencari perlindungan, dan sebagai hasilnya menghentikan pengiriman bom ke Israel.  

Penundaan ini karena AS khawatir penggunaan senjata pemusnah massal dalam serangan Israel dapat menimbulkan lebih banyak kerugian, dan kehancuran yang menimpa warga sipil Palestina.

Hanya saja pengiriman yang ditunda jumlahnya hanya kecil, dan pengiriman dalam jumlah besar tetap dalam persiapan pengiriman. Para pembantu Kongres memperkirakan nilai pengiriman bom yang tertunda itu mencapai "puluhan juta" dolar AS.

Baca Juga: PNS Jerman Minta Pemerintahnya Setop Kirim Senjata ke Israel

Menurut para pejabat AS, penundaan pengiriman senjata Amerika Serikat ke Israel terdiri dari 1.800 bom seberat 2.000 pon (907 kg) dan 1.700 bom seberat 500 pon. 

Keputusan tersebut muncul karena kekhawatiran AS mengenai “kegunaan akhir dari bom seberat 2.000 pon tersebut dan dampaknya di wilayah perkotaan yang padat penduduk seperti di Rafah.

Washington telah lama mendesak pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk tidak menyerang Rafah tanpa perlindungan bagi warga sipil. Imbauan AS ini setelah tujuh bulan perang berlangsung yang telah menghancurkan Gaza dan membunuh lebih dari 35.000 warga sipil Palestina.

Pejabat pemerintahan Biden mengatakan mereka sedang meninjau penjualan senjata tambahan kepada Israel. Meskipun Presiden Biden memperingatkan Israel dalam wawancara CNN pada hari Rabu bahwa AS akan berhenti memasok senjata jika pasukan Israel melakukan invasi besar-besaran ke Rafah.

Serangan Israel terhadap Gaza dipicu oleh serangan pada 7 Oktober oleh Pejuang Kemerdekaan Palestina Hamas, yang menurut perhitungan Israel, telah menewaskan 1.200 orang. 

Serangan balasan Israel telah menewaskan sekitar 35.000 warga Palestina tak berdosa, menurut otoritas kesehatan setempat, dan membuat sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza mengungsi.

Dukungan Biden terhadap Israel dalam perangnya melawan Pejuang Kemerdekaan Palestina Hamas telah menjadi beban politik bagi presiden yang tengah berkompetisi  untuk pencalonan periode kedua tersebut. 

Beban politik ini khususnya untuk mendapatkan dukungan dari kalangan pemuda Demokrat, saat ia mencalonkan diri kembali pada pemilu tahun ini. Hal ini memicu gelombang protes yang “tidak terikat” pada pemilihan pendahuluan dan mendorong protes pro-Palestina di universitas-universitas AS.

Baca Juga: Militer Israel Semakin Ganas, Joe Biden Minta Benjamin Netanyahu Segera Berubah

Diabaikan Netanyahu

Netanyahu mengeluarkan pernyataan video pada hari Kamis yang mengatakan bahwa Israel “akan bertarung dengan sekuat tenaga” sebagai penolakan terhadap Biden agar menghentikan serangan ke Rafah.

Sementara di satu sisi Partai Republik menuduh Biden mengingkari komitmennya untuk memberikan bantuan militer terhadap Israel. 

"Jika Panglima Tertinggi tidak dapat mengumpulkan keberanian politik untuk melawan kelompok radikal di sayap kirinya dan membela sekutu yang berperang, konsekuensinya akan sangat buruk,” kata pemimpin Partai Republik di Senat, Mitch McConnell, dalam pidatonya di Senat AS.

Sepuluh anggota Senat Partai Republik lainnya mengadakan konferensi pers untuk mengumumkan resolusi tidak mengikat yang mengutuk “tindakan apa pun yang dilakukan Pemerintahan Biden untuk menahan atau membatasi pengiriman senjata pemusnah massal untuk membantu tantara Israel.”

Juru bicara Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan kepada wartawan bahwa Israel masih mendapatkan senjata yang dibutuhkan untuk mempertahankan diri. “Presiden Biden akan terus memberikan Israel kemampuan yang dibutuhkannya, semuanya,” kata Kirby.

Beberapa anggota Kongres dari Partai Demokrat menyambut baik tindakan Biden untuk menghentikan sementara pengiriman bom bagi tantara Israel.

Senator Chris Murphy, ketua subkomite Hubungan Luar Negeri Timur Tengah dari Partai Demokrat, menyatakan keprihatinannya terhadap warga Rafah.

“Saya rasa bukan kepentingan strategis atau moral kami untuk membantu Israel, melakukan kampanye penyerangan di Rafah yang mungkin akan membunuh ribuan warga sipil tak berdosa dan tidak akan berdampak berarti pada kekuatan jangka panjang Hamas,” katanya kepada Reuters.

Selanjutnya: Yield Dividen PTBA dan ANTM Tinggi, Sahamnya Menarik Dilirik

Menarik Dibaca: Apa Itu Film F-Rated? Berikut Penjelasan dan Sejarah Singkatnya




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×