Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Amerika Serikat pada hari Jumat (19/6/2020) menolak permintaan maskapai penerbangan China untuk tambahan penerbangan mingguan antara kedua negara. Meski demikian, AS mengatakan keputusan itu tidak dimaksudkan untuk meningkatkan ketegangan atas pembatasan perjalanan.
Melansir Reuters, dalam sebuah pernyataan, Departemen Transportasi AS mengatakan keputusan itu dibuat untuk "mempertahankan paritas" dalam layanan penumpang terjadwal antara kedua negara. Amerika juga menambahkan, pihaknya bersedia meninjau kembali keputusan itu jika otoritas penerbangan China menyesuaikan kebijakan mereka yang mempengaruhi maskapai penerbangan AS.
Baca Juga: Curi penelitian laboratorium AS, ilmuwan militer Tiongkok ditangkap di bandara LA
"Departemen telah menyampaikan kepada rekan-rekan China kami bahwa pesanan ini hanya masalah prosedural dan tidak boleh dipandang sebagai eskalasi dari bagian kami," kata pernyataan Departemen Perhubungan seperti yang dilansir Reuters.
Awal pekan ini, Amerika Serikat dan China mengatakan mereka masing-masing akan mengizinkan empat penerbangan mingguan antara kedua negara.
Baca Juga: Beredar gambar senjata yang dipakai tentara China saat bertempur lawan India
Departemen Transportasi mengatakan pada hari Senin dalam pesanannya yang direvisi pada penerbangan China bahwa pemerintah AS masih berharap China akan setuju untuk mengembalikan hak penerbangan penuh AS berdasarkan perjanjian penerbangan bilateral mereka.
Amerika Serikat telah mengancam untuk melarang penerbangan penumpang Tiongkok pada 16 Juni karena pembatasan Beijing pada maskapai penerbangan AS di tengah-tengah ketegangan antara dua ekonomi terbesar dunia, dan telah meningkatkan kekhawatiran tentang jumlah penerbangan charter yang ingin diterbangkan oleh maskapai China.
Baca Juga: Setelah adu kungfu dengan India, China dituding menyerang Australia
Di antara maskapai penerbangan AS, Delta Air Lines dan United Airlines masing-masing berusaha untuk memulai kembali penerbangan penumpang harian ke China pada bulan Juni, tetapi mengubah rencana mereka karena tidak adanya persetujuan pemerintah.