Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Kementerian Pertahanan Australia menyatakan pihaknya tengah melakukan penyelidikan terkait laporan adanya pilot tempur mereka yang memberi pelatihan kepada militer China.
Sebelum ini, pemerintah Inggris juga mencurigai adanya mantan prajurit mereka yang direkrut oleh militer China untuk memberikan pelatihan.
Dilansir oleh Reuters (19/10), Menteri Pertahanan Richard Marles telah meminta departemennya untuk menyelidiki perekrutan mantan pilot militer Australia oleh sekolah penerbangan Afrika Selatan yang beroperasi di China.
Marles mengaku akan sangat kecewa jika memang benar ada oknum yang memilih melayani negara asing.
Baca Juga: 15.000 Tentara Ukraina Bakal Terima Pelatihan Khusus dari Uni Eropa
"Saya akan sangat kaget dan terganggu jika mendengar bahwa ada personel yang terbujuk dengan gaji dari negara asing dibanding melayani negaranya sendiri," ungkap Marles.
Sekolah penerbangan yang akan dipantau adalah Test Flying Academy of South Africa (TFASA).
Dalam sebuah iklan dengan Society of Experimental Test Pilots (SETP) yang beredar secara daring, TFASA mengatakan sedang mencari sejumlah instruktur pilot uji sayap tetap dan helikopter untuk bekerja di lokasi yang dirahasiakan.
Tanpa menyebut satu lokasi pasti, TFASA hanya menuliskan kawasan "Asia Timur Jauh".
Persyaratannya termasuk lulus dari sekolah penerbangan uji militer di Amerika Serikat atau Inggris.
Baca Juga: PKC: China dan AS Punya Banyak Kepentingan Bersama
TFASA diketahui menjalankan sekolah penerbangan untuk pilot maskapai penerbangan China di Afrika Selatan sebagai perusahaan patungan dengan AVIC, salah satu perusahaan penerbangan milik negara terbesar di China.
Pada hari Selasa (18/10), pemerintah Inggris telah terlebih dahulu mengambil langkah-langkah untuk menghentikan China yang mencoba merekrut tentara dan mantan pilot militernya untuk melatih militer China.
BBC melaporkan, ada sekitar 30 mantan pilot militer Inggris telah bekerja untuk melatih Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China.