Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa negara di Kawasan Asia Timur menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang baik. Ini bisa dilihat dari pertumbuhan domestik bruto (PDB) yang meningkat sejak tahun 2000 dan beberapa negara berhasil menaikkan status dari negara berpenghasilan rendah menjadi negara berpenghasilan menengah.
Meski begitu, masih banyak tantangan yang harus dihadapi negara-negara di kawasan ini, termasuk Indonesia. Bank Dunia dalam laporan bertajuk A Resurgent East Asia: Navigating a Changing World menyebutkan terdapat beberapa tantangan yang akan dihadapi negara di kawasan Asia Timur.
Tantangan-tantangan tersebut mulai dari perubahan yang sangat cepat di dunia, perdagangan global yang tumbuh lebih lambat, perubahan cepat pada teknologi yang akhirnya berdampak pada permintaan tenaga kerja.
Tak hanya itu, transisi dari status pendapatan menengah ke pendapatan lebih tinggi menjadi satu tantangan bagi negara berkembang. Kendala lain, perlambatan pertumbuhan produktivitas dan adanya tuntutan dari masyarakat pada lembaga negara untuk memberikan layanan yang lebih baik.
Chief Economist World Bank for East Asia and the Pacific Sudhir Shetty mengatakan, untuk mengatasi ini, maka negara-negara di Asia Timur harus menyesuaikan model pembangunan tradisional mereka untuk mengatasi realitas baru ini. Tak hanya itu, pengembangan sumber daya manusia dan tata kelola ekonomi yang sehat juga penting dilakukan.
Para pembuat kebijakan juga diharapkan melakukan promosi daya saing ekonomi, membangun keterampilan sumber daya manusianya termasik keterampilan emosional dan literasi digital, mendorong inklusi, memperkuat institusi negara, dan membiayai transisi ke pendapatan tinggi.
“Dalam bertahun-tahun, negara-negara ini telah berhasil meningkatkan sistem edukasi dasarnya tetapi pekerjaan rumahnya masih jauh dari selesai. Saat ini fokusnya adalah meningkatkan kompetitif dan emosional skill, itu yang jauh lebih penting,” tutur Sudhir lewat telekonferensi, Senin (10/12).
Dengan adanya berbagai tantangan perdagangan global, Shudir menyarankan sebaiknya negara di kawasan Asia Timur terus mendorong perdagangan jasa dibandingkan perdagangan barang.
Sementara, Indonesia dianggap masih memiliki kesempatan yang besar untuk meningkatkan sektor manufaktur dan jasa di Indonesia. “Saya melihat Indonesia tak perlu memilh salah satunya. Indonesia masih memiliki progress yang panjang, dan Indonesia bisa melakukan yang lebih baik dari sekarang,” tuturnya.
Tak hanya itu, Sudhir pun berpendapat Indonesia harus lebih terbuka kepada negara lain. Menurutnya, dengan membuka diri kepada negara lain maka pertumbuhan yang stabil dapat dijaga. Karena itu tingkat kompetitif sangat penting untuk dijaga.