Reporter: Dyah Megasari, The Guardian |
LONDON. Bank Dunia mengingatkan agar negara-negara berkembang segera mempersiapkan diri dengan bantalan yang kuat atas serangan krisis ekonomi. Masalah sistemik yang terjadi di Eropa membuat volatilitas ekonomi meningkat dalam jangka panjang.
Sebenarnya, dalam prospek Wrold Bank, emerging market sudah berhasil memulai tahun ini dengan catatan positif. Optimisme pasar diiringi pemotongan suku bunga membuat laju ekonomi bergerak lebih kuat.
Namun, hal itu tak membuat negara berkembang cukup kuat menahan guncangan Eropa. "Kegelisahan kawasan euro bisa mempengaruhi pasar lapis kedua," demikian pernyataan Bank Dunia.
Rawannya ekonomi negara berkembang disebabkan oleh tingginya tingkat ketergantungan dari pendanaan eksternal. Jika pemilik modal asing memutuskan hengkang, bukan tak mungkin ekonomi kawasan ini memburuk.
"Perlu diketahui, pasar modal global dan sentimen investor akan stabil dalam jangka menengah. Negara berkembang harus tetap fokus meningkatkan produktivitas dan membangun infrastruktur," ulas Hans Timmer, director of development prospects, World Bank.
Dalam terawangan Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi negara berkembang akan lebih lemah dari tahun sebelumnya. Rinciannya, dari 6,1% pada 2011 dan 7,4% pada 2010 menjadi 5,3% tahun ini.
Sedangkan pertumbuhan negara-negara berpenghasilan tinggi turun dari 1,6% menjadi 1,4% di 2012.
Yang harus diperhatikan juga adalah potensi pinjaman bank sindikasi yang dipimpin oleh bank-bank Eropa bakal 40% lebih rendah dari tahun sebelumnya.
Oleh sebab itu, pemberi pinjaman kelas internasional ini menyarankan agar negara berkembang lebih memperhatikan tingkat defisit negara. Hemat adalah jalan satu-satunya untuk mempertebal bantalan negara.