Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Sama-sama optimis dengan pertumbuhan ekonomi global, Bank Dunia sepertinya lebih pelit dalam memproyeksi pertumbuhan ekonomi global di tahun 2018.
Jika proyeksi Dana Moneter Internasional, ekonomi global tumbuh di 3,9% di 2018 dan 2019, Bank Dunia memprediksi ekonomi global tumbuh lebih mini yakni di 3,1% di 2018.
Meski begitu, jika prediksi Bank Dunia tersebut tercapai, pertumbuhan tersebut merupakan pertumbuhan ekonomi terkuat sejak 2011.
Adalah pemulihan investasi, manufaktur dan perdagangan serta kenaikan harga komoditas yang masih berlanjut menjadi pendorong ekonomi di sepanjang 2018.
Presiden Grup Bank Dunia Jim Yong Kim mengatakan, tantangannya saat ini adalah memastikan bahwa pertumbuhan yang kuat akan diwujudkan menjadi pertumbuhan inklusif yang mampu memanfaatkan integrasi ekonomi global sehingga bisa dinikmati oleh semua anggota masyarakat.
“Ini menjadi peluang besar untuk berinvestasi ke peningkatan kualitas sumber daya manusia, mendongkrak pembangunan infrastruktur, meningkatkan mutu pendidikan dan kesehatan serta partisipasi angkatan kerja perempuan,” ujar Kim dalam jumpa pers di Spring Meeting IMF World Bank 2018 di Washington DC, Amerika Serikat, Kamis (19/4).
Bank Dunia yakin jika pembuat kebijakan seluruh dunia fokus meningkatkan produktivitas negaranya pertumbuhan ekonomi berkelanjutan masih akan berlanjut.
Dalam laporan Global Findex, Financial Inclusion Database terbarunya, Bank Dunia melakukan survei penggunaan layanan keuangan alias inklusi keuangan.
Kim bilang, Bank Dunia yakin inklusi keuangan akan menjadi pijakan penting bagi banyak negara untuk keluar dari kemiskinan. Pasalnya, teknologi digital mendorong akses ke dan penggunaan layanan keuangan.
Catatan Bank Dunia, sejak tahun 2014, sebanyak 515 juta anak dewasa sudah memiliki rekening. Inklusi keuangan dunia melesat seiring dengan perkembangan teknologi dan internet.
Menurut Bank Dunia, secara global, 69% orang dewasa atau sebanyak 3,8 miliar orang kini sudah memiliki akun di bank atau penyedia uang seluler.
Jumlah ini naik dari 62% dari 2014. Dari 2014 hingga 2017, 515 juta orang dewasa memperoleh akun, dan 1,2 miliar bahkan telah melakukan transaksi keuangan sejak tahun 2011.
“Dalam beberapa tahun terakhir, kami melihat langkah besar di seluruh dunia dalam menghubungkan orang-orang dengan layanan keuangan formal,” ujar Kim.
Perkembangan inklusi ini pula yang menyakinkan Bank Dunia akan membantu negara-negara miskin keluar dari garis kemiskinan di masa yang akan datang.