kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Barang buatan China tak lagi murah, mengapa?


Rabu, 20 Agustus 2014 / 12:02 WIB
Barang buatan China tak lagi murah, mengapa?
ILUSTRASI. Pengunjung memilih produk kerajinan pada pameran The Jakarta International Handicraft Trade Fair (INACRAFT) 2023


Sumber: CNBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

BEIJING. China saat ini dapat dikatakan kalah saing pada industri manufaktur global. Penyebabnya, kenaikan upah dan biaya energi menekan perekonomian China.

Berdasarkan data The Boston Consulting Group yang dirilis Selasa (19/8), China merupakan satu dari sejumlah negara yang keuntungan biaya manufakturnya terhadap AS mulai menurun. Negara lain yang juga kalah bersaing di antaranya Brazil, Rusia, dan Czech Republic, dan Polandia.

Di sisi lain, pertumbuhan gaji yang moderat serta rendahnya harga energi membuat AS dan Meksiko menjadi lokasi yang lebih menarik minat investor untuk tujuan manufaktur. Mengapa? Sebab, banyak pebisnis AS yang lebih suka untuk memproduksi barang yang dekat dengan tempat tinggal mereka ke depannya.

"Ini berarti, perusahaan akan memindahkan pabrik mereka dari nagara yang biaya operasionalnya mahal ke negara yang murah seperti AS," jelas Hal Sirkin, senior partner The Boston Consulting Group.

Riset ini didukung oleh data terakhir yang dirilis pemerintah AS. Pada Juli lalu, tingkat produksi industrial di AS naik 0,4% untuk enam bulan berturut-turut. Sedangkan tingkat produksi manufaktur naik 1% pada Juli yang merupakan kenaikan terbesar sejak Februari lalu.

"Dulu ada anggapan: Manufaktur lebih murah di Asia dan Amerika Selatan. Namun secara fundamental hal ini sudah bergeser," ujar Sirkin.

Sekadar ilustrasi, tingkat upah di China meningkat cukup tajam. Sejak 2004, tingkat upah di China sudah naik hampir lima kali lipat. Sementara, tingkat upah di Meksiko hanya naik 67% -atau kurang dari 50% jika dihitung dengan menggunakan dollar AS.

Selain itu, kenaikan biaya energi juga turut memukul industri manufaktur China. Tarif listrik industri di China naik sekitar 66% dan 132% di Rusia. Sedangkan harga gas alam melonjak sekitar 138% di China dan 202% di Rusia pada kurun waktu 2004-2014.

Sebaliknya, pertumbuhan upah di AS mengalami pelambatan. Saat ini, upah buruh minimum per jam adalah US$ 7,25. Upaya untuk menaikkan upah minimum menjadi US$ 10,10 per jam akan berdampak pada industri jasa.

Sedangkan harga gas alam di Amerika Utara sudah turun 25%-35% sejak 2004 seiring tingginya tingkat produksi. 



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×