Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - BANGKOK/PHNOM PENH. Bentrokan antara Thailand dan Kamboja kembali memanas di sepanjang perbatasan yang masih disengketakan.
Kedua negara menegaskan tidak akan mundur dalam mempertahankan kedaulatan, sementara gencatan senjata yang disepakati pada Juli lalu kian diragukan keberlanjutannya.
Ketegangan memuncak setelah baku tembak pecah kembali pada Senin. Baik Bangkok maupun Phnom Penh saling menuding pihak lain sebagai pemicu serangan. Gencatan senjata yang sebelumnya ditengahi Presiden Amerika Serikat Donald Trump semakin sulit diselamatkan.
Baca Juga: Thailand-Kamboja Sepakat Gencatan Senjata Mulai Selasa Dini Hari
Mantan Perdana Menteri Kamboja Hun Sen mengatakan negaranya menahan diri selama 24 jam untuk menghormati gencatan senjata dan memberikan waktu evakuasi sebelum melancarkan serangan balik terhadap pasukan Thailand.
Hun Sen menyebut Kamboja menginginkan perdamaian, namun “terpaksa melawan demi mempertahankan wilayah”.
Militer Thailand melaporkan bentrokan terjadi di lima provinsi perbatasan. Operasi Angkatan Laut di Provinsi Trat untuk mengusir pasukan Kamboja disebut hampir rampung. Thailand menuduh Kamboja menggunakan artileri, peluncur roket, dan drone pengebom dalam serangan terbaru.
“Thailand bertekad mempertahankan kedaulatan dan integritas wilayahnya, sehingga langkah militer perlu diambil bila diperlukan,” ujar Juru Bicara Kementerian Pertahanan Thailand Laksamana Muda Surasant Kongsiri.
Baca Juga: Dampak Perang Thailand-Kamboja untuk Indonesia, Gangguan Judol Berkurang?
Kementerian Pertahanan Kamboja menuduh Thailand melakukan tindakan “brutal dan melanggar hukum”, dengan laporan sembilan warga sipil tewas dan 20 orang luka berat sejak Senin. Sementara Thailand menyebut tiga tentaranya tewas dan 29 orang terluka.
Perdana Menteri Kamboja Hun Manet mengecam serangan terhadap permukiman warga. Ia menegaskan Thailand “tidak boleh menyerang desa-desa sipil dengan dalih mempertahankan kedaulatan”.
Kedua negara mengonfirmasi bahwa ratusan ribu warga telah dievakuasi dari zona perbatasan.
Ketegangan terbaru dipicu keputusan Thailand bulan lalu yang menangguhkan langkah de-eskalasi hasil kesepakatan di bawah mediasi Trump. Langkah itu diambil setelah seorang prajurit Thailand menjadi korban ranjau darat yang menurut Bangkok baru dipasang pihak Kamboja.
Bentrokan pada Senin menjadi yang paling sengit sejak pertukaran tembakan artileri selama lima hari pada Juli lalu, yang menewaskan sedikitnya 48 orang dan memaksa 300.000 warga mengungsi sebelum Trump turun tangan memediasi.
Baca Juga: Bentrok Bersenjata Thailand-Kamboja Meluas, Warga Sipil Jadi Korban
Pada Mei, pembunuhan seorang prajurit Kamboja dalam sebuah insiden kecil juga sempat memicu pengerahan pasukan besar-besaran serta membuat hubungan diplomatik kedua negara memburuk.
Thailand memiliki keunggulan militer signifikan, baik dari sisi jumlah personel, anggaran, maupun persenjataan. Jet tempurnya juga rutin melakukan serangan udara sebagai dukungan bagi pasukan darat.
Sengketa wilayah antara Thailand dan Kamboja telah berlangsung lebih dari satu abad, terutama di titik-titik perbatasan yang belum sepenuhnya didemarkasi, dengan beberapa kawasan candi kuno menjadi sumber sengketa dan memicu bentrokan bersenjata, termasuk insiden besar pada 2011.













