Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - SURIN. Ketegangan di perbatasan Thailand dan Kamboja meningkat tajam setelah jet tempur F-16 milik Angkatan Udara Thailand melancarkan serangan udara ke sejumlah sasaran di wilayah Kamboja.
Serangan ini terjadi di tengah bentrokan bersenjata yang kian memanas antara kedua negara.
Kepala Distrik Kabcheing, Provinsi Surin, Sutthirot Charoenthanasak, menyatakan bahwa peluru artileri telah menghantam permukiman warga.
“Peluru artileri jatuh di rumah-rumah penduduk. Kami telah mengevakuasi sekitar 40.000 warga dari 86 desa ke lokasi yang lebih aman,” ujarnya kepada Reuters. Ia menambahkan, dua warga dilaporkan tewas akibat serangan tersebut.
Baca Juga: Perang Meletus, Thailand Kerahkan F-16 Serang Kamboja
Rekaman video dari lokasi menunjukkan kepulan asap hitam membubung dari sebuah stasiun pengisian bahan bakar di Provinsi Sisaket, Thailand. Petugas pemadam kebakaran tampak berusaha memadamkan kobaran api di lokasi kejadian.
Militer Thailand melaporkan bahwa enam orang tewas dan sepuluh lainnya luka-luka dalam serangan tersebut. Satu korban jiwa tambahan juga tercatat di Provinsi Ubon Ratchathani.
Militer Thailand mengecam keras tindakan Kamboja yang dianggap menyerang warga sipil. “Thailand siap melindungi kedaulatan dan rakyat kami dari tindakan tidak manusiawi,” bunyi pernyataan resmi militer.
Menurut militer Thailand, bentrokan bermula saat Kamboja mengerahkan pesawat nirawak pengintai, yang kemudian diikuti dengan pengiriman pasukan bersenjata berat ke wilayah sekitar Kuil Ta Moan Thom.
Baca Juga: Konflik Thailand-Kamboja Memanas, Bangkok Kirim 6 Unit Jet F-16 ke Perbatasan
Pasukan Kamboja disebutkan melepaskan tembakan, melukai dua prajurit Thailand, serta menggunakan berbagai senjata, termasuk peluncur roket.
Sebaliknya, Kementerian Pertahanan Kamboja membantah memulai serangan. Juru bicara kementerian menyatakan bahwa pasukannya hanya merespons serangan tak terduga dari militer Thailand dengan tindakan bela diri.
Penjabat Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai, menyebut situasi di perbatasan sangat genting. "Kita harus berhati-hati. Kita akan mematuhi hukum internasional," ujarnya kepada wartawan.
Sementara itu, upaya diplomatik yang dilakukan Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, justru memicu kontroversi.
Isi percakapannya dengan mantan Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen, bocor ke publik dan menyebabkan badai politik di dalam negeri, yang berujung pada penangguhannya oleh pengadilan.
Baca Juga: Serangan Israel Tewaskan 95 Warga Palestina: Kafe, Sekolah, dan RS Jadi Sasaran
Hun Sen dalam unggahan di Facebook menyebutkan bahwa dua provinsi di Kamboja telah diserang oleh militer Thailand.
Ketegangan semakin meningkat setelah Thailand menuduh Kamboja menempatkan ranjau darat di wilayah sengketa yang melukai tiga prajurit.
Phnom Penh membantah tuduhan tersebut dan menyatakan bahwa tentara Thailand telah keluar dari jalur yang disepakati, sehingga memicu ledakan ranjau peninggalan perang.
Kamboja memang dikenal masih menyimpan jutaan ranjau darat sisa konflik bersenjata masa lalu. Namun, Thailand menegaskan bahwa ranjau-ranjau itu ditempatkan baru-baru ini, tuduhan yang dibantah oleh pihak Kamboja sebagai tidak berdasar.