Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - Para peneliti dari Stanford University meneliti cara burung terbang dan mendarat untuk menyempurnakan teknik robot mendarat.
Burung kecil bernama Gary menunggu sinyal untuk terbang dengan diawasi oleh lima kamera berkecepatan tinggi. Dian Chin, Peneliti dari Stanford University sekaligus pelatih Gary menunjukkan jarinya ke tempat bertengger sejauh 20 inci.
Para ilmuwan menilai cukup mustahil untuk Gary dapat memahaminya karena sasaran tertutup teflon. Ternyata Gary berhasil mendarat di atas teflon dan bertengger di material lainnya. Hal ini mengajarkan para ilmuwan untuk menciptakan mesin yang dapat mendarat seperti burung.
Bahkan, robot yang paling canggih tidak dapat menangkap seperti hewan ketika berhadapan dengan benda dalam berbagai bentuk, ukuran, dan tekstur.
Para peneliti mengumpulkan data tentang bagaimana Gary dan dua burung lainnya mendarat di permukaan yang berbeda. Asal tahu saja, ketiga burung tersebut dapat bertengger di sasaran sebenarnya dan palsu yang dilapisi busa, amplas, dan teflon.
"Ini tidak seperti aksi dalam olimpiade senam untuk mendarat di atas teflon yang melapisi batang tanpa menorehkan tangan mereka," kata David Letink, Ilmuwan Standford University.
Baca Juga: Mamacare, teknologi pendeteksi kanker payudara
Burung berhasil membuat hal yang nampak mustahil di lakukan oleh manusia menjadi mudah dilakukan.
Penelitian kelompok juga mencakup penelitian rinci tentang gesekan yang dihasilkan cakar dan kaki burung. Ahli biologi menemukan rahasia fleksibilitas burung ada di genggaman kakinya.
"Dengan mempelajari sistem natural yang telah berevolusi selama jutaan tahun, kami dapat membuat langkah besar menuju pembangunan sistem dengan kemampuan yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata William Roderick, peneliti dari Stanford University.
Baca Juga: Jamur yang Ubah Jangkrik jadi Zombie, Jalan Penemuan Obat-obatan Baru
"Penelitian interdisipliner ini menghubungkan biologi, fisika, teknik untuk memahami perilaku alami yang kompleks dan menghasilkan wawasan yang dapat mengarahkan pada aplikasi biometik yang penting," kata Kathryn Dickson, Direktur Program Divisi Sistem Integratif Organismal National Science Foundation.
Sekedar info, National Science Foundation merupakan lembaga yang mendanai penelitian ini.
Sumber : National Science Foundation