kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Biden Beri Peringatan ke Presiden Ukraina: Rusia Bisa Invasi Ukraina pada Februari


Jumat, 28 Januari 2022 / 14:31 WIB
Biden Beri Peringatan ke Presiden Ukraina: Rusia Bisa Invasi Ukraina pada Februari
ILUSTRASI. Tank milik Angkatan Bersenjata Ukraina terlihat saat latihan di sebuah lokasi yang tidak diketahui di dekat perbatasan Rusia aneksasi Crimea-Ukraina, Rabu (14/4/2021). Press Service General Staff of the Armed Forces of Ukraine/Handout via REUTERS.


Sumber: Channel News Asia,Reuters | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Gedung Putih mengatakan, Presiden AS Joe Biden telah memperingatkan Presiden Ukraina soal ada “kemungkinan yang berbeda” bahwa Rusia bisa mengambil tindakan militer terhadap Ukraina pada Februari.

Menurut Gedung Putih, peringatan itu Biden sampaikan kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy melalui sambungan telepon.

"Presiden Biden mengatakan, ada kemungkinan yang berbeda bahwa Rusia bisa menginvasi Ukraina pada Februari," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih Emily Horne, Kamis (27/1), seperti dilansir Al Jazeera.

"Dia (Biden) telah mengatakan ini secara terbuka, dan kami telah memperingatkan tentang ini selama berbulan-bulan," ungkapnya.

Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman juga menyebutkan, Presiden Rusia Vladimir Putin tetap siap untuk menggunakan kekuatan militer atas Ukraina pada pertengahan Februari nanti. 

"Saya tidak tahu, apakah dia (Putin) telah membuat keputusan akhir, tetapi kita tentu melihat setiap indikasi bahwa dia akan menggunakan kekuatan militer suatu saat, mungkin (antara) sekarang dan pertengahan Februari," sebut dia, Rabu (26/1), seperti dikutip Channel News Asia.

Baca Juga: Tegur Rusia, Erdogan: Kami Siap Bertindak Apapun Jika Ukraina Diserang

Hanya, Sherman mengatakan, rencana Putin mungkin terganjal Olimpiade Musim Dingin Beijing. "Kita semua sadar, Olimpiade Beijing dimulai pada 4 Februari, upacara pembukaan, dan Presiden Putin akan berada di sana," ujarnya.

"Saya pikir, mungkin Presiden Xi Jinping tidak akan senang jika Putin memilih saat itu untuk menyerang Ukraina, sehingga (Olimpiade Beijing) bisa memengaruhi waktu dan pemikirannya," kata Sherman.

Dan, Sherman menegaskan, Amerika Serikat "mendorong diplomasi" tetapi juga "mempersiapkan yang terburuk". Sebab, "bahkan hanya satu pasukan Rusia yang menginvasi Ukraina adalah masalah yang sangat serius".

Karena itu, dia mengungkapkan, AS sedang "mempersiapkan untuk semua jenis skenario," dari "invasi penuh" hingga "serangan hibrida atau subversi atawa sabotase atau paksaan".

China minta semua pihak menahan diri

Sementara China mengatakan kepada AS, Beijing ingin melihat semua pihak yang terlibat di Ukraina tetap tenang dan menghindari peningkatan ketegangan.

Baca Juga: Asal Muasal Mengapa Rusia dan Ukraina Perang dan Apa yang Diincar Putin?

Hal itu Menteri Luar Negeri China Wang Yi sampaikan saat berbicara melalui telepon pada Rabu (26/1) malam dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken tentang Ukraina.

"Kami meminta semua pihak untuk tetap tenang dan menahan diri dari melakukan hal-hal yang memicu ketegangan dan meningkatkan krisis," kata Wang kepada Blinken dalam sebuah pernyataan yang Kementerian Luar Negeri China rilis Kamis (27/1), seperti dilansir Reuters.

AS telah memperingatkan Rusia untuk tidak menginvasi Ukraina dan mendesak kedua negara untuk kembali ke serangkaian pakta yang masing-masing dikenal sebagai Minsk I dan Minsk II yang ditandatangani pada 2014 dan 2015.

Tetapi serangkaian langkah militer dan politik yang ditetapkan oleh perjanjian Minsk II kemudian tetap tidak dilaksanakan, dengan Rusia menyatakan, mereka bukan pihak dalam konflik.

"Untuk menyelesaikan masalah Ukraina, kita masih perlu kembali ke Perjanjian Minsk yang baru, titik awal," ujar Wang.

"Perjanjian Minsk baru, yang telah disetujui oleh Dewan Keamanan, merupakan dokumen politik mendasar yang diakui oleh semua pihak dan harus dilaksanakan secara efektif. Selama upaya dilakukan sejalan dengan arah dan semangat perjanjian, China akan mendukung," ungkapnya.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×