Sumber: Al Jazeera | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
Pernyataan tersebut didukung oleh data otoritas Kota Gaza yang menyebutkan, 290 fasilitas pasokan air, termasuk satu-satunya pabrik desalinasi di Gaza utara, rusak selama konflik tersebut. Jaringan pembuangan limbah juga hancur dan menyebabkan jalanan dibanjiri oleh air kotor.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, tingkat keasinan dan nitrat air pada air tanah Gaza berada jauh dari standar kelayakan konsumsi. WHO juga mencatat, 50% anak-anak di Gaza menderita infeksi yang berhubungan dengan air.
Kepada Al Jazeera, pakar air Gaza, Ramzy Ahel, menyebutkan, situasi di Gaza saat ini setara dengan bencana. Ahel mengutip kembali pembicaraan tentang krisis air Gaza oleh PBB tahun 2012, di mana Gaza akan menjadi tempat yang tidak layak huni pada 2020.
"Sekarang, sembilan tahun kemudian, angka dan statistik menunjukkan fakta mengerikan tentang situasi air di Jalur Gaza," kata Ahel.
Pembangunan pabrik desalinasi untuk mengurangi kadar keasinan air telah terhambat selama bertahun-tahun karena blokade ketat oleh Israel. Ahel juga menuduh Israel membuang air limbah ke Gaza. Krisis listrik yang berkelanjutan juga memperburuk keadaan.