Sumber: AP | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
ISTANBUL. Aksi bom bunuh diri terjadi di sebuah pesta pernikahan warga Kurdi, dekat perbatasan Suriah. Aksi yang dilakukan seorang anak laki-laki ini menewaskan sekitar 51 orang dan melukai 70 orang lainnya.
Menurut Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, serangan ini merupakan upaya dari kelompok ekstrem Negara Islam (ISIS) untuk menggoyang Turki dengan mengeksploitasi ketegangan etnik dan agama.
"Untuk saat ini, kesimpulan yang didapat dari pemerintah dan kepolisian menunjukkan serangan dilakukan oleh Daesh," kata Erdogan yang merujuk kata lain untuk ISIS.
Menurutnya, Daesh memiiki organisasi di Gazientep dan saat ini tengah berupaya merekrut lebih banyak anggota di wilayah ini.
Bom bunuh diri yang terjadi Sabtu malam lalu di Gazientep merupakan serangan paling mematikan di Turki pada tahun ini.
Serangan terjadi di tengah adanya pertikaian antara pemerintah dan militan Kurdi terkait dengan Partai Pekerja Kurdish. Selain itu, Turki juga masih bersiaga pasca aksi kudeta militer pada bulan lalu di mana pemerintah Turki menuduh Imam Fethullah Gullen dan pengikutnya yang berada di balik aksi kudeta tersebut.
Erdogan bilang, pelaku aksi bunuh diri di Gaziantep berusia antara 12-14 tahun. Setidaknya ada 69 orang yang terluka, dan 17 di antaranya dalam kondisi kritis.
Partai politik pro-Kurdi HDP mengutuk serangan pada pesta pernikahan yang dihadiri oleh banyak anggotanya.
"Serangan ini menargetkan mereka yang ingin menegakkan perdamaian, resolusi, dan mereka yang berjuang untuk demokrasi, kesetaraan, dan keadilan," jelas HDP.
Sang pengantin pria dan wanita mengalami luka-luka, namun tidak serius. Saat ini, mereka sedang dalam masa pemulihan. Namun, kakak dan paman pengantin pria termasuk ke dalam korban tewas.