Sumber: money.cnn | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
SAN FRANCISCO. 2015 merupakan tahun terberat bagi kebanyakan investor. Tak terkecuali bagi investor legendaris Warren Buffett.
Saat ini, Berkshire Hathaway milik Buffett tengah mengalami tahun terburuknya sejak 2008.
Saham A dan saham B Berkshire, masing-masing mengalami penurunan sekitar 13% di sepanjang 2015. Saham A yang hanya mencapai 1%, ditransaksikan seharga 195.000 per saham. Sedangkan saham B ditransaksikan sekitar US$ 130 per saham.
Terakhir kali saham Berkshire mengalami penurunan tajam terjadi pada 2008 lalu. Kedua jenis saham Berkshire itu anjlok hingga 32%.
Tentu saja, tahun 2008 merupakan tahun yang kelam bagi setiap orang. Meskipun 2008 tahun yang buruk bagi Berkshire, namun Buffett masih mencatatkan performa yang lebih baik dari pasar saham AS pada tahun itu. Sekadar informasi, indeks Standard & Poor's 500 anjlok 38,5%.
Tapi tahun ini, kinerja perusahaan Buffet lebih buruk dari pasar. Sebab, sepanjang 2015, indeks hanya turun sebesar 2%.
Nah, terakhir kali performa Berkshire berada di bawah performa market terjadi pada 1999. Tahun itu, indeks S&P 500 melompat 19,5%. Sedangkan saham A Berkshire turun 20% dan saham B melorot 22%.
Meskipun market secara keseluruhan mengalami penurunan tahun ini, ada kesamaan dengan kondisi 1999 yang dapat menjelaskan mengapa Berkshire mengalami investasi terburuk ketimbang indeks S&P 500.
Pada 1999, saham-saham utama teknologi melonjak. Tahun ini, saham-saham tersebut menjadi alasan utama mengapa indeks acuan AS tidak mengalami penurunan tajam.
Ambil contoh, Netflix dan Amazon, masing-masing mencatatkan kenaikan dua kali lipat. Alphabet (Google) melonjak lebih dari 40%. Sedangkan Facebook Inc melesat lebih dari 30%.
Sementara, investasi Buffett tak banyak fokus pada empat saham teknologi besar tahun ini. Hal inilah yang menyebabkan saham Berkshire tertekan.
Yang membuat kondisi lebih buruk adalah adanya fakta bahwa banyak harga saham perusahaan besar yang dimiliki Berkshire melorot.
IBM, salah satunya. Perusahaan teknologi yang dimiliki Buffett ini melorot lebih dari 15%. Demikian juga dengan Big Blue, yang merupakan perusahaan keempat terbesar yang dimiliki Buffet.
Selain itu, meski penurunan harga minyak turut memukul unit energi Berkshire, namun pendapatan perusahaan secara keseluruhan masih naik 8,6% pada tahun ini.
Laba juga melonjak 18% lebih, terkerek oleh kenaikan laba senilai US$ 4,4 miliar akibat merger Kraft dan Heinz pada Juli. Asal tahu saja, Berkshire merupakan pemegang saham mayoritas pada Heinz dan saat ini menggenggam hampir 27% saham Kraft Heinz.
Itu sebabnya, Buffett tidak terlalu kecewa dengan kinerjanya tahun ini. Lagi pula, Buffett bukan seorang trader. Dia berinvestasi dengan tujuan jangka panjang.
Hal ini yang menyebabkan kondisi Berkshire masih tetap sehat. Dalam satu dekade terakhir, saham B perusahaan meroket 123% -lebih besar dari kenaikan indeks S&P 500 yang hanya 58%.
Jika sejarah terulang, saham perusahaan Buffett akan kembali melesat tahun depan. Sebab, saham B Berkshire tidak pernah mengalami penurunan selama dua tahun berturut-turut. Dan terakhir kali saham A menurun dalam dua tahun berturut-turut terjadi pada 1973 dan 1974 silam.