Penulis: Arif Budianto
KONTAN.CO.ID - Bumi tak lagi terlihat berkilau dari luar angkasa, diyakini akibat perubahan iklim. Semakin sedikitnya awan rendah karena perubahan iklim ini menyebabkan berkurangnya cahaya dan permukaan yang memantulkan panas.
Apakah Anda pernah membayangkan bagaimana Bumi berkilau apabila dilihat dari luar angkasa? Sayangnya, kilau Bumi ini tak lagi tak seperti sebelumnya, yang kini justru terlihat memudar.
Bukan berarti kilau Bumi karena lampu yang menyala di saat malam hari, ya. Tetapi yang dimaksud adalah pantulan cahaya dan panas Bumi yang menuju ke luar angkasa.
Inilah yang disebut sebagai albedo atau refleksi Bumi. Albedo adalah sebuah besaran yang menggambarkan antara sinar Matahari yang tiba di permukaan Bumi dan yang dipantulkan kembali ke angkasa dengan terjadi perubahan panjang gelombang.
Perbedaan panjang geolmbang antara yang datang dan yang dipantulkan dapat dikaitkan dengan seberapa besar energi Matahari yang diserap oleh permukaan Bumi.
Mengutip dari Thecherawchronicle, jurnal ilmiah Geophysical Research Letters melaporkan, kilau Bumi telah menurun dalam dua dekade terakhir. Menurut para ilmuwan, penyebab fenomeni ini akibat perubahan iklim.
Dalam penelitian ilmiah modern, Bumi memancarkan hampir setengah lebih sedikit daripada yang terjadi pada akhir abad ke-20. Kurang dari setengah persen mungkin tampak terlihat perbedaan kecil, tetapi tidak demikian.
Pada dasarnya, Bumi memantulkan sekitar 30% dari sinar matahari yang jatuh di atasnya. Penurunan albedo menandakan bahwa Bumi memantulkan sinar Matahari 0,5% lebih sedikit dibanding beberapa tahun lalu.
Astronom di New Jersey Institute of Technology Philip Good juga terkejut mengetahui penurunan albedo Bumi. Para ilmuwan memeriksa data dari tiga tahun terakhir dan melihat perbedaan setengah persen. Sementara data dari 17 tahun sebelumnya menunjukan hampir tidak ada perubahan.
Baca Juga: NASA menangkap penampakan matahari mengeluarkan semburan api, tidak menghadap ke Bumi
Apa kaitannya kilauan Bumi dengan perubahan iklim?
Beberapa banyak sinar Matahari ke Bumi tergantung pada dua hal: seberapa terang matahari dan seberapa banyak albedo dipantulkan. Namun, pilihan bahwa albedo kurang reflektif karena Matahari secara berkala bersinar kurang kuat telah dikesampingkan oleh para ilmuwan.
Yang berarti, luminositas rendah disebabkan oleh sesuatu di tanah Bumi.
Tingkat inversi albedo dipengaruhi oleh kekeruhan. Oleh karena itu, tim ilmuwan membandingkan temuan mereka dengan NASA Clouds and Eart's Radiant Energy System (CERES) untuk menyeleidiki efek awan pada albedo.
Semakin sedikit awan rendah di atas Samudra Pasifik bagian Timur, maka akan mengurangi cahaya dan permukaan yang memantulkan panas. Kabarnya, penurunan awan rendah ini disebabkan oleh perubahan iklim.
Hingga saat ini, para ilmuwan berharap, Bumi yang lebih hangat akan menghasilkan lebih banyak kawan, albedo yang lebih tinggi, dan lebih banyak inversi panas.
Sayangnya, hasil tersebut sebaliknya, Bumi yang lebih hangat justru memiliki lebih sedikit awan yang lebih rendah dan menghasilkan albedo yang lebih tinggi.
Dengan demikian, lebih sedikit cahaya dan panas yang dipantulkan kembali ke ruang angkasa. Itulah mengapa Bumi terlihat tak lagi berkilau seperti sebelumnya.