kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.906.000   -8.000   -0,42%
  • USD/IDR 16.430   57,00   0,35%
  • IDX 7.618   3,14   0,04%
  • KOMPAS100 1.065   5,05   0,48%
  • LQ45 805   1,84   0,23%
  • ISSI 256   1,72   0,68%
  • IDX30 416   0,88   0,21%
  • IDXHIDIV20 476   -0,82   -0,17%
  • IDX80 120   0,62   0,51%
  • IDXV30 123   0,46   0,37%
  • IDXQ30 133   0,19   0,15%

Bumi tak lagi terlihat berkilau dari luar angkasa, akibat perubahan iklim?


Senin, 01 November 2021 / 12:38 WIB
Bumi tak lagi terlihat berkilau dari luar angkasa, akibat perubahan iklim?
ILUSTRASI. Bumi tak lagi terlihat berikilau dari luar angkasa, akibat perubahan iklim?


Penulis: Arif Budianto

Beberapa banyak sinar Matahari ke Bumi tergantung pada dua hal: seberapa terang matahari dan seberapa banyak albedo dipantulkan. Namun, pilihan bahwa albedo kurang reflektif karena Matahari secara berkala bersinar kurang kuat telah dikesampingkan oleh para ilmuwan.

Yang berarti, luminositas rendah disebabkan oleh sesuatu di tanah Bumi.

Tingkat inversi albedo dipengaruhi oleh kekeruhan. Oleh karena itu, tim ilmuwan membandingkan temuan mereka dengan NASA Clouds and Eart's Radiant Energy System (CERES) untuk menyeleidiki efek awan pada albedo.

Semakin sedikit awan rendah di atas Samudra Pasifik bagian Timur, maka akan mengurangi cahaya dan permukaan yang memantulkan panas. Kabarnya, penurunan awan rendah ini disebabkan oleh perubahan iklim.

Hingga saat ini, para ilmuwan berharap, Bumi yang lebih hangat akan menghasilkan lebih banyak kawan, albedo yang lebih tinggi, dan lebih banyak inversi panas.

Sayangnya, hasil tersebut sebaliknya, Bumi yang lebih hangat justru memiliki lebih sedikit awan yang lebih rendah dan menghasilkan albedo yang lebih tinggi.

Dengan demikian, lebih sedikit cahaya dan panas yang dipantulkan kembali ke ruang angkasa. Itulah mengapa Bumi terlihat tak lagi berkilau seperti sebelumnya.

Selanjutnya: Ledakan suar matahari terpa Bumi, apa dampaknya?




TERBARU

[X]
×