Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Korea Utara menegaskan bahwa upaya Amerika Serikat untuk menghentikan program nuklir Pyongyang melalui pendekatan diplomatik tidak akan berhasil, meski terdapat hubungan pribadi yang baik antara pemimpin tertinggi Kim Jong Un dan mantan Presiden AS Donald Trump.
Pernyataan ini disampaikan oleh Kim Yo Jong, adik perempuan Kim Jong Un yang dikenal sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh di rezim Korea Utara.
“Realitas Telah Berubah,” Tegas Korea Utara
Dalam pernyataan resmi yang dirilis media pemerintah KCNA (Korean Central News Agency) pada Selasa (29/7), Kim Yo Jong mengatakan bahwa AS harus menerima bahwa realitas geopolitik dan kapabilitas nuklir Korea Utara telah berubah secara drastis sejak pertemuan-pertemuan puncak antara Kim dan Trump beberapa tahun lalu.
“Jika AS gagal menerima realitas baru dan terus bersikukuh dengan pendekatan masa lalu yang telah gagal, maka pertemuan Korea Utara-AS akan tetap menjadi sekadar harapan dari pihak AS,” ujarnya.
Baca Juga: Korsel Ajak Damai, Korut Menolak Mentah-Mentah: “Sebuah Salah Perhitungan Besar”
Hubungan Pribadi Tak Relevan dengan Denuklirisasi
Kim Yo Jong mengakui bahwa hubungan pribadi antara Kim Jong Un dan Donald Trump “tidak buruk.” Namun, ia memperingatkan bahwa jika Washington berniat menggunakan hubungan tersebut untuk menekan Korea Utara menghentikan program nuklirnya, maka upaya itu hanya akan menjadi bahan ejekan.
“Setiap upaya untuk menyangkal posisi DPRK sebagai negara pemilik senjata nuklir akan ditolak secara menyeluruh,” tambahnya.
Korea Utara–Rusia Semakin Mesra
Di tengah ketegangan dengan AS dan sekutu-sekutunya, Korea Utara semakin memperkuat hubungan strategisnya dengan Rusia. KCNA juga melaporkan bahwa pada hari Senin, penerbangan penumpang langsung pertama antara Pyongyang dan Moskow dalam beberapa dekade telah kembali beroperasi.
Penerbangan tersebut disebut sebagai bagian dari "kontak dan kunjungan yang terus tumbuh di berbagai bidang" antara Korea Utara dan Rusia.
AS dan negara-negara Barat menuduh Korea Utara telah mengirimkan pasukan dan persenjataan ke Rusia untuk mendukung perang di Ukraina. Sebagai imbalannya, Moskow diyakini memberikan dukungan teknologi bagi program pertahanan Pyongyang, termasuk pengembangan rudal dan satelit.
Baca Juga: Rusia Buka Penerbangan Langsung ke Korea Utara, Pertama Sejak Tahun 1990-an
Respons Gedung Putih
Seorang pejabat Gedung Putih menanggapi pernyataan dari Korea Utara dengan menyatakan bahwa Trump masih berkomitmen terhadap tujuan awal dari ketiga pertemuannya dengan Kim selama masa jabatannya yang pertama.
“Presiden tetap pada tujuan tersebut dan tetap terbuka untuk berdialog dengan Pemimpin Kim demi mencapai denuklirisasi penuh di Semenanjung Korea,” ujar pejabat tersebut kepada Reuters.
Pada pertemuan pertama di Singapura tahun 2018, Trump dan Kim sepakat secara prinsip untuk bekerja menuju Semenanjung Korea yang bebas nuklir. Namun, pertemuan kedua di Hanoi tahun 2019 berakhir buntu akibat perbedaan pendapat terkait pelonggaran sanksi internasional terhadap Pyongyang.