Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – SEOUL. Korea Utara menyatakan tidak tertarik pada kebijakan atau proposal rekonsiliasi apa pun dari Korea Selatan.
Penegasan ini disampaikan Kim Yo Jong, adik sekaligus penasihat utama pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, dalam pernyataan publik pertamanya terhadap ajakan damai Presiden Korea Selatan yang baru, Lee Jae Myung.
Baca Juga: Rusia Buka Penerbangan Langsung ke Korea Utara, Pertama Sejak Tahun 1990-an
“Jika Korea Selatan berharap dapat membalikkan semua konsekuensi dari tindakannya dengan beberapa kata-kata sentimental, maka tidak ada kekeliruan yang lebih besar dari itu,” ujar Kim Yo Jong seperti dikutip kantor berita resmi KCNA, Senin (28/7).
Lee Jae Myung, presiden dari kubu liberal yang dilantik pada 4 Juni lalu pasca pemakzulan Presiden konservatif Yoon Suk Yeol, telah menyampaikan komitmen untuk memperbaiki hubungan antar-Korea yang merosot ke titik terendah dalam beberapa tahun terakhir.
Sebagai langkah awal, pemerintahannya menghentikan siaran propaganda anti-Korea Utara melalui pengeras suara di perbatasan dan melarang aktivitas penyebaran selebaran oleh aktivis.
Namun, Kim menilai langkah-langkah tersebut tidak cukup, bahkan menganggapnya sebagai pembatalan dari kebijakan "berniat buruk" yang seharusnya tidak dilakukan sejak awal. “Dengan kata lain, itu bahkan tidak layak dinilai oleh kami,” ujarnya.
“Kami tegaskan kembali, apa pun kebijakan yang dibuat di Seoul, kami tidak tertarik. Kami tidak akan duduk berdiskusi dengan Korea Selatan karena tidak ada yang perlu dibicarakan,” tegas Kim Yo Jong.
Baca Juga: Peringati Perang Korea, Kim Jong Un Bersumpah Menangkan Perang Anti-AS
Sebelumnya, muncul sedikit optimisme di Korea Selatan setelah Korea Utara juga mematikan siaran pengeras suaranya, gerakan yang disebut Presiden Lee lebih cepat dari yang diperkirakan.
Namun harapan akan pembicaraan damai tampaknya kembali tertutup pasca pernyataan keras dari Pyongyang.
Lee sendiri berada dalam posisi diplomatik yang kompleks. Di satu sisi, ia berusaha melunakkan ketegangan dengan Korea Utara.
Sementara di sisi lain pemerintahannya sedang bernegosiasi keras dengan Washington untuk menghindari tarif perdagangan tinggi yang diancamkan Presiden AS Donald Trump terhadap sejumlah mitra dagang utama, termasuk Korea Selatan.
“Melalui kerja sama di bidang politik, keamanan ekonomi, dan budaya, kami akan memperkuat aliansi Korea Selatan - Amerika Serikat yang telah ditempa dengan darah,” ujar Lee dalam pidato peringatan gencatan senjata Perang Korea pada Minggu (27/7).
Sementara itu, Korea Utara juga menandai peringatan hari yang mereka sebut sebagai Victory Day dengan parade militer di Pyongyang.
Namun, media pemerintah mengindikasikan bahwa perayaan tahun ini berlangsung dalam skala yang lebih kecil dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Sebagai catatan, hingga kini Korea Utara dan Korea Selatan bersama AS dan China sebagai pihak utama dalam Perang Korea 1950–1953 belum pernah menandatangani perjanjian damai resmi, melainkan hanya gencatan senjata.