Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - FRANKFURT. Keputusan bank sentral Eropa memangkas suku bunga acuan diprediksi tidak akan serta merta menurunkan bunga pinjaman. Kondisi itu diungkap pejabat European Central Bank (ECB), Robert Holzmann, yang juga Gubernur National Bank of Austria.
Holzmann menyebut, terlalu dini untuk mengatakan bahwa bank sentral Eropa telah memulai peralihan ke biaya pinjaman yang lebih rendah setelah memangkas suku bunga acuannya pada pekan lalu. ECB memangkas suku bunga deposito bank menjadi 3,75% dari rekor 4,0% pada Kamis (6/6).
Baca Juga: Oil Prices Climb as OPEC+ Reassures Markets, ECB Cuts Interest Rate
Tetapi ECB akan menahan pelonggaran lebih lanjut setelah data upah dan inflasi yang mengecewakan dalam beberapa pekan terakhir. "Ke depannya, bank akan berusaha menghindari keterikatan apa pun," kata Holzmann kepada radio Austria, dikutip Reuters. Holzmann adalah satu-satunya anggota Dewan Pengurus ECB yang menentang penurunan suku bunga.
Holzmann berpikir langkah yang tepat saat ini adalah tidak lagi menaikkan suku bunga. Namun ada faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan, seperti perbedaan suku bunga antara ECB dengan mitranya di Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve.
Sebagaimana diisyaratkan oleh petinggi The Fed, bank sentral AS ini akan melakukan pemangkasan bunga pada tahun ini. Tapi The Fed mengaku tidak akan menurunkan suku bunganya sebanyak tiga kali. Jika kondisi tersebut terwujud, maka akan berdampak pada nilai tukar euro dan dapat meningkatkan inflasi di kawasan zona Eropa.
ECB memang telah berhasil menggapai target inflasi sebesar 2%. Namun inflasi belum benar-benar stabil di level ini. "Kami berharap kami akan mencapainya pada tahun 2026," kata Holzmann.
Dia menyebut, perhitungan tersebut dibuat memakai prediksi model yang didasarkan pada asumsi bahwa tidak ada guncangan lebih lanjut. Pasalnya, inflasi tahunan zona euro kembali meningkat menjadi 2,6% di bulan Mei dari 2,4% di bulan April 2024.
Baca Juga: Wall Street: S&P 500 dan Nasdaq Ditutup Melemah Tipis Jelang Data Tenaga Kerja AS