Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - KYIV. Ukraina diperkirakan masih perlu membeli gas senilai hingga US$ 1 miliar untuk memenuhi target cadangan energi menghadapi musim dingin keempat sejak invasi Rusia.
Hingga pertengahan September, Ukraina telah memiliki sekitar 11 miliar meter kubik (bcm) gas di fasilitas penyimpanan, atau lebih dari 80% dari target pemerintah sebesar 13,2 bcm. Konsultan energi ExPro bahkan memperkirakan cadangan sudah mencapai 12 bcm, setara 90% dari target.
Meski demikian, artinya masih ada kekurangan sekitar 1–2 bcm yang harus dipenuhi dari produksi domestik maupun impor, dengan biaya antara US$ 500 juta hingga US$ 1 miliar berdasarkan harga gas di Uni Eropa.
Baca Juga: Pengusaha Berharap Kinerja Ekspor Batubara Menghangat pada Musim Dingin
Sejak dua tahun terakhir, Rusia terus melancarkan serangan ke infrastruktur energi Ukraina. Serangan tersebut menekan produksi gas domestik sekaligus kapasitas pembangkit listrik, bahkan memicu pemadaman hingga 18 jam per hari pada musim dingin lalu.
“Jika infrastruktur gas kembali rusak, kami harus mencari sumber energi lain yang jauh lebih mahal,” ujar Yurii Boiko, anggota dewan pengawas operator jaringan listrik negara Ukrenergo.
Serhiy Makogon, mantan kepala sistem transmisi gas Ukraina, mengingatkan bahwa cadangan gas tahun lalu sebesar 12,8 bcm terbukti tidak cukup setelah serangan Rusia merusak fasilitas energi.
“Itu membuat negara berada di ambang krisis gas,” katanya.
Sementara itu, Oleksandr Kharchenko dari Centre of Energy Studies menilai Ukraina sebaiknya menargetkan cadangan 14 bcm untuk lebih aman. Ia memperkirakan impor gas tambahan musim dingin ini mencapai 1–1,5 bcm, dengan biaya hingga US$ 900 juta.
Baca Juga: Musim Dingin Hangatkan Ekspor Batubara Indonesia
Sebelum perang, Ukraina memproduksi sekitar 55 juta meter kubik gas per hari, atau 20 bcm per tahun. Data produksi terkini dirahasiakan.
Saat ini, impor gas terutama datang dari Hongaria, sementara pasokan melalui Polandia meningkat. Jaringan interkoneksi yang ada memungkinkan impor lebih dari 60 juta meter kubik per hari—cukup untuk menutup kebutuhan harian jika terjadi darurat.
Polandia juga sedang meningkatkan kapasitas jalur gas dengan Ukraina hingga 4 bcm per tahun pada awal 2026. Selain itu, Ukraina berencana mengimpor gas alam cair (LNG) asal Amerika Serikat melalui Jerman, Yunani, Lituania, dan Polandia.
Baca Juga: Meski Negeri Dua Musim, Indonesia Bangun Infrastruktur Cabang Olahraga Musim Dingin
Menurut mantan CEO Naftogaz, Andriy Kobolev, impor kini lebih aman dibanding menyimpan gas dalam jumlah besar di dalam negeri, mengingat serangan Rusia yang menargetkan fasilitas produksi dan penyimpanan.
Padahal, Ukraina memiliki kapasitas penyimpanan bawah tanah terbesar di Eropa, yakni 30 bcm. Tahun lalu perusahaan Barat sempat menyimpan 3 bcm gas di Ukraina, tetapi tahun ini turun menjadi nol akibat eskalasi serangan.