kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.679.000   7.000   0,42%
  • USD/IDR 16.479   106,00   0,64%
  • IDX 6.524   253,65   4,05%
  • KOMPAS100 949   42,31   4,66%
  • LQ45 737   33,87   4,81%
  • ISSI 202   5,66   2,88%
  • IDX30 382   17,58   4,82%
  • IDXHIDIV20 463   18,11   4,07%
  • IDX80 107   4,43   4,30%
  • IDXV30 111   3,04   2,81%
  • IDXQ30 125   5,34   4,44%

CEO JPMorgan Peringatkan Nasib Ekonomi AS Berpotensi Lebih Buruk dari Resesi


Sabtu, 14 September 2024 / 23:05 WIB
CEO JPMorgan Peringatkan Nasib Ekonomi AS Berpotensi Lebih Buruk dari Resesi
CEO JPMorgan Jamie Dimon memperingatkan nasib ekonomi Amerika Serikat (AS) berpotensi lebih buruk dari resesi.


Sumber: Yahoo Finance | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  NEW YORK. Ekonomi Amerika Serikat (AS) masih berpotensi mengalami guncangan, bahkan lebih dari pada sekedar resesi. Peringatan tersebut disampaikan CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon baru-baru ini.

Dimon menyampaikan peringatan serius mengenai masa depan ekonomi Amerika Serikat, yang menurutnya berpotensi menghadapi hasil terburuk yang bahkan lebih parah daripada resesi. 

Dalam pernyataannya pada pertemuan Council of Institutional Investors di New York, Dimon menekankan risiko stagnasi ekonomi. 

Baca Juga: Rupiah Menguat Sepekan Didukung Data Ekonomi AS yang Lebih Rendah

"Hasil terburuk adalah stagnasi, dan saya tidak mengesampingkan kemungkinan itu," ujar Dimon, Selasa (12/9).

Stagnasi ekonomi, atau stagflasi, terjadi ketika pertumbuhan ekonomi melambat, sementara inflasi dan pengangguran meningkat. 

Kondisi ini terakhir kali dialami AS pada 1970-an, dan menurut Dimon, dampaknya bisa sangat merugikan, termasuk penurunan tabungan pensiun serta anjloknya pasar saham.

Meski inflasi pada Agustus tercatat naik 2,5%, lebih rendah dari yang diharapkan, situasi utang federal tetap mengkhawatirkan. 

Baca Juga: Cerita Potensi Resesi Ekonomi AS Kembali Bergaung, Benarkah Paman Sam di Tepi Jurang?

Berdasarkan data, utang nasional AS mencapai US$ 35,3 triliun per 12 September 2024, dengan pembayaran bunga yang dijadwalkan pada Oktober mendatang sudah melampaui anggaran Medicare dan pertahanan nasional.

Dalam sejarah AS, ini adalah pertama kalinya pembayaran bunga utang nasional melebihi US$ 1 triliun. Menurut Dimon, situasi ini dapat mendorong inflasi lebih lanjut dan semakin membebani ekonomi.

Baca Juga: Menakar Dampak Potensi Resesi Ekonomi AS Terhadap Pembiayaan Utang Indonesia

"Melihat situasi ini, sulit untuk mengatakan bahwa kita telah keluar dari masa sulit. Saya tidak berpikir demikian," tambah Dimon.

Sementara itu, saham JPMorgan mengalami kenaikan lebih dari 18% sepanjang tahun ini, sejalan dengan peningkatan indeks S&P 500.



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×