Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - CEO sekaligus pendiri perusahaan chip kecerdasan buatan (AI) Cerebras, Andrew Feldman, menilai mustahil seseorang bisa mencapai kesuksesan besar jika hanya bekerja sekitar 38 jam per minggu dan mengejar keseimbangan hidup.
Dalam podcast 20VC, Feldman menyebut pandangan tersebut “membingungkan” dan jauh dari realita dunia bisnis.
“Gagasan bahwa Anda bisa membangun sesuatu yang luar biasa hanya dengan kerja 38 jam seminggu dan tetap punya work-life balance itu benar-benar membingungkan,” ujarnya seperti dikutip dari Forbes, Rabu (15/10/2025).
“Itu tidak berlaku di bagian mana pun dari kehidupan.”
Baca Juga: Tantangan dan Peluang AI dalam Otomatisasi di Dunia Kerja bagi Keluarga
Feldman termasuk di antara sejumlah pemimpin bisnis besar yang menolak konsep kerja santai. Mereka meyakini bahwa kesuksesan luar biasa hanya dapat diraih lewat dedikasi penuh dan jam kerja panjang.
Di tengah tren pekerja muda yang menuntut waktu kerja lebih singkat, tokoh-tokoh seperti Sergey Brin (Google) dan investor Kevin O’Leary tetap menegaskan bahwa kesuksesan butuh pengorbanan.
Menurut Feldman, seseorang bisa saja bahagia dengan rutinitas kerja normal 40 jam seminggu. Namun, mereka bukanlah orang-orang yang akan menciptakan “unicorn” atau produk yang mengubah dunia.
“Membangun sesuatu dari nol hingga menjadi besar bukan pekerjaan paruh waktu,” katanya. “Itu menghabiskan setiap menit waktu Anda, dan tentu ada harga yang harus dibayar.”
Pandangan serupa juga datang dari sejumlah pemimpin lain. Pendiri LinkedIn Reid Hoffman pernah mengatakan bahwa pendiri startup yang bicara tentang “hidup seimbang” sebenarnya belum berkomitmen penuh untuk menang.
Sementara CEO Zoom, Eric Yuan, menilai tidak ada cara untuk memisahkan kerja dan kehidupan karena “kerja adalah kehidupan itu sendiri.”
Baca Juga: CEO Microsoft AI: Jangan Perlakukan AI Seperti Manusia
Bahkan di dunia olahraga, pola pikir ini diakui. Petenis Serena Williams menyebut pengusaha sejati harus “hadir 28 jam dari 24 jam sehari.” Investor Kevin O’Leary menambahkan, “Lupakan keseimbangan. Anda akan bekerja 25 jam sehari, tujuh hari seminggu, selamanya.”
Namun, tak semua pemimpin mendorong ekstremitas kerja tanpa batas. CEO Twilio, Khozema Shipchandler, mengaku hanya memberi dirinya delapan jam di hari Sabtu untuk benar-benar berhenti memikirkan pekerjaan.
Ia menyebut, setiap orang memiliki pilihan dalam mengatur hidup, tetapi hampir semua eksekutif di levelnya bekerja dengan pola yang sama.
Di sisi lain, pendiri Google Sergey Brin pernah menyebut 60 jam kerja per minggu sebagai “titik manis produktivitas.”
Para ahli sumber daya manusia menilai, pesan di balik angka itu bukan tentang jumlah jamnya, melainkan tentang etos kerja—bahwa mereka yang ingin maju harus bersedia bekerja lebih keras dari rata-rata.
Baca Juga: Hari Ini (7/8) Terakhir Job Fair 2025 Serang, Simak Tips Sukses Wawancara Kerja
Feldman menegaskan bahwa kesuksesan tidak ditentukan oleh berapa jam seseorang bekerja, tetapi oleh semangat dan keterlibatan penuh terhadap pekerjaannya. “Bukan soal mencatat jam, tapi tentang gairah dan obsesi terhadap apa yang Anda lakukan,” ujarnya.
“Tentang dorongan untuk mengubah dunia, menjadi yang terbaik, dan membantu tim Anda mencapai potensi terbaiknya.”