kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.916.000   2.000   0,10%
  • USD/IDR 16.356   38,00   0,23%
  • IDX 7.889   -1,91   -0,02%
  • KOMPAS100 1.109   -2,39   -0,21%
  • LQ45 827   -2,23   -0,27%
  • ISSI 266   0,26   0,10%
  • IDX30 428   -1,12   -0,26%
  • IDXHIDIV20 496   -0,12   -0,02%
  • IDX80 124   -0,15   -0,12%
  • IDXV30 132   0,72   0,55%
  • IDXQ30 138   -0,30   -0,21%

CEO Microsoft AI: Jangan Perlakukan AI Seperti Manusia


Jumat, 22 Agustus 2025 / 10:07 WIB
CEO Microsoft AI: Jangan Perlakukan AI Seperti Manusia
ILUSTRASI. Ilustrasi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI)


Sumber: CNET | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - Pesan penting disampaikan oleh CEO Microsoft AI dan salah satu pendidi Google DeepMind, Mustafa Suleyman. Dirinya menegaskan, kecerdasan buatan atau AU bukanlah manusia dan tidak perlu diperlakukan seperti manusia.

Dalam essai berisi 4.600 kata yang dirilisnya, Suleyman menuangkan reaksinya terhadap fenomena yang berkembang di mana pengguna AI menganggap perangkat AI memiliki kualitas kesadaran seperti manusia.

Dirinya menyadari bahwa sudah menjadi sifat manusia untuk membayangkan ada pikiran atau manusia di balik bahasa.

"Kemajuan dalam kemampuan AI telah memungkinkan orang untuk menggunakan chatbot tidak hanya sebagai mesin pencari atau alat penelitian, tetapi juga sebagai terapis, teman, dan pasangan romantis," tulis Suleyman, seperti dikutip CNET hari Kamis (20/8/2025).

Suleyman menyebut adanya fenomena "seemingly conscious AI" atau "AI yang tampak sadar", yang mengacu pada AI yang dapat meyakinkan pengguna bahwa AI tersebut adalah jenis menusia baru. Situasi ini dinilai menimbulkan banyak potensi bahaya.

Baca Juga: Ilmuwan Latih AI Jadi Jahat untuk Cegah Ancaman di Masa Depan

Jangan Perlakukan AI Seperti Manusia

Pada awal tulisannya Suleyman menjelaskan bahwa apa yang disampaikan adalah pandangan pribadi dan tidak mewakili Microsoft secara keseluruhan.

Banyak ciri yang dijelaskan Suleyman dalam mendefinisikan kesadaran dapat dilihat dalam teknologi AI. Di antaranya adalah kemampuan untuk mengekspresikan diri dalam bahasa alami, kepribadian, memori, penetapan tujuan dan perencanaan.

"Jika AI dapat secara mandiri merencanakan dan menyelesaikan tugas dengan menarik dari memori dan kumpulan datanya, lalu mengekspresikan hasilnya dengan cara yang mudah dibaca dan menyenangkan, maka prosesnya terasa sangat mirip manusia meskipun sebenarnya tidak," ungkapnya.

Berdasarkan situasi itu, Suleyman mengajak agar para pengguna dan perusahaan penyedia AI untuk menghentikan gagasan bahwa sistem digital tersebut benar-benar terasa manusiawi dan memberinya otonomi dan hak.

Baca Juga: Nvidia Siapkan Chip AI Baru untuk Pasar China, Lebih Canggih dari H20

CEO Microsoft AI dan salah satu pendidi Google DeepMind, Mustafa Suleyman

"Gagasan itu menciptakan lebih banyak masalah terkait ketergantungan, memangsa kerentanan psikologis kita, memperkenalkan dimensi polarisasi baru, mempersulit perjuangan hak yang ada, dan menciptakan kesalahan kategori baru yang besar bagi masyarakat," tulisnya.

Suleyman juga mengutip beberapa kasus di mana AI bisa menyesatkan. Misalnya, chatbot yang memberikan nasihat buruk dan berbahaya, termasuk mendorong tindakan melukai diri sendiri dan bunuh diri. 

Suleyman menganjurkan penelitian tambahan tentang bagaimana orang berinteraksi dengan AI. Ia juga mendesak perusahaan-perusahaan AI untuk secara eksplisit menyatakan bahwa produk AI mereka  tidak memiliki kesadaran.

Harus ada juga peringatan kepada pengguna agar tidak berpikir bahwa produk AI memiliki kesadaran. Suleyman mengatakan, timnya di Microsoft akan membangun AI dengan cara proaktif ini, tetapi tidak memberikan detail lebih lanjut.

Baca Juga: Daftar Negara yang Melarang Penggunaan ChatGPT di Tahun 2025

Tonton: Efisiensi Pusat Bikin Kas Daerah Sekarat, Naikin PBB Didemo Rakyat

Selanjutnya: LPPI Buka Lowongan Kerja Terbaru untuk Lulusan S1, Simak Infonya Ini

Menarik Dibaca: Mau Jadi Perawat di Belanda? Begini Jalurnya yang Resmi




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×