Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
BEIJING. Untuk pertama kalinya dalam enam tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi China melambat ke level paling rendah. Menurut data terbaru yang dipublikasikan Biro Statistik Nasional, produk domestik bruto (PDB) China di kuartal pertama tahun ini tumbuh 7%.
Pada kuartal terakhir tahun lalu, ekonomi China masih tumbuh 7,4%. Pemerintah China telah melakukan sederet langkah untuk mendongkrak ekonomi yang lesu. Bank Sentral China telah memangkas suku bunga. Sebelumnya, pemerintah juga mengurangi rasio persyaratan pencadangan bank. Tujuannya, perbankan memiliki kemampuan mengucurkan kredit kepada pelaku bisnis untuk ekspansi. Namun, langkah-langkah ini gagal mengerek laju pertumbuhan ekonomi China. Alhasil, muncul desakan kepada pemerintah untuk mengguyur program stimulus tambahan.
"Kami berharap para pembuat kebijakan untuk menyebarkan pelonggaran moneter lebih lanjut dan langkah-langkah pertumbuhan pendukung lainnya dalam beberapa minggu mendatang," ujar Qu Hongbin, Kepala Riset Ekonomi Asia HSBC seperti dilaporkan Reuters.
Analis menghitung, konsumsi sebagai penggerak PDB turun 1,2%, terendah sejak enam tahun. Hal ini menunjukkan China sedang berada di ambang deflasi. Sektor properti sebagai pilar utama ekonomi China hanya naik 8,5% di kuartal pertama tahun ini. Ini merupakan kenaikan paling rendah sejak tahun 2009.
"Jika Anda melihat kuartal satu, ekspor buruk, produksi manufaktur juga jatuh, pertumbuhan investasi aset tetap jauh lebih lambat, penjualan ritel lesu, jadi bagaimana bisa PDB secara riil masih 7%?" kata Kevin Lai, ekonom senior Daiwa di Hong Kong.
Ketika krisis keuangan tahun 2009 lalu, pertumbuhan ekonomi China juga jatuh dan hanya tumbuh 6,6%. Pada waktu itu, Pemerintah China mengeluarkan stimulus besar-besaran. Konsekuensinya, nilai utang China menggunung. Meski demikian, pemerintah meredam kekhawatiran bahwa China masih bisa memenuhi target pertumbuhan ekonomi.
"Risiko ekonomi China mengalami pendaratan keras itu sangat kecil," ujar Sheng Laiyun, Jurubicara Biro Statistik Nasional China. Risiko deflasi Pemimpin China menekankan, meski pertumbuhan melambat tetapi ekonomi lebih baik secara kualitas.
Pemerintah telah menegaskan tidak akan memperluas pemutusan kerja karyawan. Saat ini, angka pengangguran merupakan bahaya yang mengancam ekonomi China.
Menurut survei Biro Statistik, angka pengangguran China tidak berubah dari tahun lalu yakni tetap berada di tingkat 5,1%. Namun, beberapa analis tetap mengingatkan risiko deflasi jika mendorong perusahaan untuk menambah karyawan demi menekan angka pengangguran.
Karena produksi pabrik berlebih, sementara permintaan masih menunjukkan tanda-tanda pelemahan. "Suku bunga kredit acuan harus lebih rendah. Ditambah lagi, keterlibatan dari Bank Sentral China untuk melakukan pelonggaran kuantitatif yang tidak bisa ditunda lagi," tulis ekonom Westpac.