kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

China Gundah, Tingkat Ekspor Melorot Tajam


Selasa, 13 Januari 2009 / 13:03 WIB
China Gundah, Tingkat Ekspor Melorot Tajam


Sumber: Bloomberg, Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

BEIJING. Tingkat ekspor di China anjlok ke level terendah dalam sepuluh tahun terakhir pada Desember lalu. Pemicu utamanya yakni resesi global memangkas permintaan mainan, pakaian dan barang-barang elektronik di negara tersebut.

Menurut data yang dirilis Badan Statistik setempat, tingkat pengiriman merosot 2,8%. Padahal tahun sebelumnya terjadi peningkatan sebesar 21,7% dalam pengiriman ekspor. Jika ditotal, tingkat ekspor pada tahun 2008 hanya tumbuh 17,2%, jauh lebih rendah dibanding pertumbuhan ekspor tahun 2007 yang mencapai 25,7%.

Semakin merosotnya permintaan ekspor menyebabkan banyaknya karyawan yang dirumahkan. Bahkan, hal itu pula yang menyebabkan sekitar 600.000 pekerja migran akhirnya memutuskan eksodus dari kawasan pabrik Guangdong. Diprediksi, tingkat pengangguran di perkotaan China menjadi lebih dari 9%.

Untuk menangani hal ini, Perdana Menteri Wen Jiabao pada 11 Januari lalu sudah mengguyurkan dana stimulus senilai 4 triliun yuan atau US$ 585 miliar. Dana sebanyak itu akan digunakan untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru dan mencegah terjadinya ketidakstabilan sosial.

“Hanya ada sedikit harapan bahwa tingkat ekspor akan kembali meningkat tahun ini. Pasalnya, hampir seluruh negara mengalami resesi ekonomi. Ekspor pakaian, baja dan elektronik yang paling terkena dampak besar,” kata Sun Mingchun, ekonom Nomura Holdings di Hongkong.

Tidak hanya ekspor, tingkat impor di China juga mengalami penurunan tajam sebesar 21,3%. Hal itu menyebabkan neraca perdagangan Negeri Panda tersebut mengalami surplus sebesar US$ 39 miliar, yang merupakan rekor terbesar China.

Adanya data muram tersebut membuat sejumlah pihak pesimis kalau China bakal mampu mencapai target pertumbuhan sebesar 8% tahun ini. “Hal itu akan menjadi sangat sulit bagi Pemerintah China,” jelas Liu Mingkang, Chairman China Banking Regulatory Commission, kemarin. Bahkan, Gubernur Bank Sentral China Zhou Xiaochuan juga tak yakin target tersebut bakal tercapai.

Bank Sentral China sendiri sudah melakukan pemangkasan suku bunga sebanyak lima kali. Pemerintah China juga berupaya membantu para eksportir dengan menahan laju penguatan mata uang yuan yang dapat membuat produk ekspor jauh lebih mahal di pasar luar negeri.




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×