Sumber: Reuters | Editor: Hasbi Maulana
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Dua kapal perang Angkatan Laut AS berlayar di dekat kepulauan di Laut Cina Selatan yang diklaim oleh China, Minggu. Dua pejabat AS mengatakan kepada Reuters.
Operasi militer tersebut merupakan upaya terbaru untuk melawan apa yang dilihat Washington sebagai upaya Beijing membatasi kebebasan navigasi di perairan strategis.
Meski telah direncanakan berbulan-bulan sebelumnya dan telah menjadi rutinitas, operasi ini berlangsung pada waktu yang sangat sensitif dan hanya beberapa hari setelah Pentagon tak mengundang China dalam pelatihan angkatan laut AS.
Sumber anaonim pejabat AS mengatakan, kapal perusak berudal Higgins dan Antietam, sebuah kapal penjelajah rudal, tiba dalam jarak 12 mil laut dari Kepulauan Paracel, di antara serangkaian pulau, karang, dan beting di mana China memiliki sengketa teritorial dengan tetangganya.
Kapal-kapal militer AS melakukan operasi manuver di dekat pulau-pulau Tree, Lincoln, Triton dan Woody di Paracels, salah satu pejabat tadi mengatakan.
Foto-foto satelit yang diambil pada 12 Mei 2018 lalu menunjukkan China tampaknya telah menempatkan rudal-rudal permukaan-ke-udara yang dipasang di truk atau rudal jelajah anti-kapal di Kepulauan Woody.
Awal bulan ini angkatan udara China juga mendaratkan pesawat pengebom di pulau-pulau yang disengketakan dan terumbu karang di Laut Cina Selatan sebagai bagian dari latihan di wilayah tersebut. Aksi ini sempat memicu kekhawatiran Vietnam dan Filipina.
Militer AS tidak secara langsung mengomentari operasi dua kapal itu, tetapi mengatakan pasukan AS beroperasi di wilayah tersebut setiap hari.
"Kami melakukan Operasi Freedom of Navigation (FONOPs) rutin dan reguler, seperti yang telah kami lakukan di masa lalu dan akan terus dilakukan di masa depan," Armada Pasifik AS mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Sebaliknya, Kementerian Pertahanan China menyatakan kemarahannya. Mereka telah mengirim kapal dan pesawat untuk mengusir pergi kapal perang AS dengan dalih memasuki perairan teritorial negara itu tanpa izin.
"Itu bertentangan dengan hukum internasional China dan secara serius melanggar kedaulatan Cina dan merusak hubungan timbal balik strategis antara kedua militer," katanya.
Dalam sebuah pernyataan terpisah, Kementerian Luar Negeri China mendesak Amerika Serikat menghentikan indakan tersebut. "China akan terus mengambil semua langkah yang diperlukan untuk mempertahankan kedaulatan dan keamanan negara," tambahnya, tanpa merinci.