Reporter: Lamgiat Siringoringo | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pemerintah China membuat skema bisnis untuk meningkatkan kinerja perusahaan pelat merah yang melempem. Salah satu caranya adalah meminta ke perusahaan-perusahaan start-up teknologi asal Tiongkok untuk investasi di BUMN yang kinerjanya jelek.
Seperti diberitakan South China Morning Post, Ketua dan Sekretaris Komisi Pengawasan Aset dan Administrasi Negara dari Dewan Negara (SASAC) Hao Peng sudah bertemu dengan bos Tencent, Pony Ma Huateng pada akhir Juli lalu.
"Dalam beberapa tahun terakhir, kerja sama Tencent telah semakin dalam, terutama dengan hasil positif dari partisipasi Tencent dalam reformasi kepemilikan campuran China unicorn," kata Hao.
Bukan hanya Tencent, Hao sudah bertemu dengan Jack Ma, pendiri dan ketua raksasa e-commerce Alibaba Group. Hao mengatakan SASAC mendukung ikatan yang lebih kuat antara perusahaan-perusahaan negara dan Alibaba untuk mengintegrasikan dunia digital dengan ekonomi riil, dengan tujuan mempercepat peningkatan industri.
Baca Juga: Makin meluas, 14.000 pekerja Hong Kong akan mogok massal menolak UU ekstradisi
Langkah investasi Alibaba dan Tencent di BUMN ini akan dilihat sebagai tempat uji coba reformasi kepemilikan campuran di China. Cara ini diyakini bisa meningkatkan layanan dan pendapatan perusahaan-perusahaan negara.
"Partisipasi Tencent dalam reformasi unicorn adalah kasus yang menunjukkan sikap pemerintah untuk kebijakan masa depan," kata Wu Kan, manajer investasi Soochow Securities.
Sementara Stanley Chan, Direktur Riset Emperor Securities mengatakan keterlibatan perusahaan teknologi terkemuka di BUMN adalah model baru yang masih diuji dan sejauh ini belum ada cerita sukses dari BUMN yang mendapat manfaat dari investasi.
Baca Juga: Jepang dan AS membidik kesepakatan tarif sapi hingga otomotif pada September nanti
Pemilihan dua perusahaan Tencent dan Alibaba ini juga menurut Chan masih bisa dibilang langkah blunder. Karena menurutnya saat ini yang dibutuhkan oleh China adalah pengembangan produk 4G dan 5G daripada aplikasi game seperti Tencent dan layanan belanja online seperti Alibaba.
Langkah China untuk BUMN ini memang bisa menjadi langkah mundur. Di saat banyak perusahaan lokal di Tiongkok yang sudah mengeluhkan perhatian berlebih dari pemerintah ke perusahaan pelat merah. Salah satunya pemerintah China terlalu banyak memberikan subsidi ke BUMN.
Persoalan anak emas BUMN China juga menjadi salah satu keluhan Amerika Serikat dalam perang dagang. AS menuduh intervensi pemerintah China ke BUMN membuat persaingan usaha menjadi tidak sehat.