Sumber: Channel News Asia | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - BEIJING. China memperingatkan negara-negara Barat pada Kamis (9/12): mereka akan membayar mahal aksi boikot diplomatik atas Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022.
AS mengumumkan boikotnya awal pekan ini, dengan mengatakan, aksi itu dipicu oleh pelanggaran hak yang meluas oleh China dan apa yang mereka lihat sebagai "genosida" terhadap minoritas Muslim Uighur di Xinjiang.
Australia, Inggris, dan Kanada mengikuti langkah AS pada hari Rabu (8/12).
Boikot itu meski tetap mengirim atlet tetap membuat marah China, yang mengisyaratkan pembalasan.
"Penggunaan platform Olimpiade oleh AS, Australia, Inggris dan Kanada untuk manipulasi politik tidak populer dan mengasingkan diri, dan mereka pasti akan membayar mahal untuk kesalahan mereka," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin, seperti dikutip Channel News Asia.
Baca Juga: Inggris dan Kanada ikut boikot diplomatik Olimpiade musim dingin Beijing
Kelompok-kelompok advokasi mendukung boikot itu, dengan Direktur Human Rights Watch China Sophie Richardson menyebutnya sebagai "langkah penting untuk menantang kejahatan Pemerintah China terhadap kemanusiaan yang menargetkan Uighur dan komunitas Turki lainnya".
Para pegiat HAM mengatakan, setidaknya 1 juta orang Uighur dan berbahasa Turki lainnya, sebagian besar Muslim, telah dipenjara di "kamp pendidikan ulang" di Xinjiang, di mana China juga dituduh mensterilkan wanita secara paksa dan melakukan kerja paksa.
Beijing telah mempertahankan kamp-kamp tersebut sebagai pusat pelatihan kejuruan yang bertujuan untuk mengurangi daya tarik ekstremisme Islam.
Presiden Komite Olimpiade Internasional Thomas Bach mengatakan pada Rabu (8/12), dia tetap netral secara politik mengenai masalah ini, sambil bersikeras bahwa poin pentingnya adalah "partisipasi para atlet di Olimpiade".