Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Yudho Winarto
BEIJING. Para pemimpin China mengisyaratkan akan mengambil tindakan lebih lanjut untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi pada tahun depan. Beberapa langkah yang akan dilakukan adalah meningkatkan belanja pemerintah, memotong pajak perusahaan dan membiarkan defisit anggaran melebar. Hal ini agar pertumbuhan ekonomi bisa tercapai.
Rencana tersebut masuk dalam kebijakan ekonomi China tahun 2016 yang terungkap dalam pertemuan Central Economic Work Conference. Konferensi itu dilakukan selama empat hari sejak Senin (21/12). Pejabat China dalam pertemuan tersebut seperti dikutip Nikkei Asian Review menjelaskan, ekonomi makro China yang stabil membutuhkan reformasi struktural.
Selain mendorong reformasi struktural, Pemerintah China juga akan mengekang ketergantungan atas pinjaman. China juga berencana meningkatkan belanja infrastruktur dan memotong pajak.
Pemerintah China juga memangkas jumlah produksi manufaktur yang kini berlebih agar harga jual tidak terjun bebas. Tak hanya itu, Pemerintah China, seperti dikutip Nikkei Asian Review, menginginkan adanya konsolidasi bisnis-bisnis milik pemerintah.
Kebijakan perumahan
Strategi lain mendorong ekonomi adalah dengan menghambat investasi baru pada sektor properti. Kebijakan ini untuk menekan jumlah pasokan rumah yang berlebih. Di sisi lain China akan mendorong pengembang untuk menurunkan harga rumah agar permintaan properti dari kalangan petani meningkat.
Bloomberg lebih rinci menuliskan, China akan memberi bantuan kepada para petani untuk membeli rumah di daerah perkotaan. Pemerintah juga akan mempromosikan konsolidasi pengembang properti. Bukan itu saja, China juga akan menghapus pembatasan utang untuk kepemilikan rumah.
Langkah-langkah tersebut dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi China. Target pertumbuhan ekonomi tahunan ditetapkan pada konferensi tersebut, tapi tidak diumumkan.
Sebelumnya, Xi Jinping, Presiden China mengharapkan, pertumbuhan ekonomi tahunan China rata-rata minimal 6,5% dalam lima tahun ke depan hingga 2020. Angka tersebut lebih rendah dari target pertumbuhan ekonomi tahun ini sekitar 7%.
Ekonom Goldman Sachs Group Inc, Song Yu seperti dikutip Bloomberg bilang, kebijakan baru China itu lebih masuk akal. Menurut Yu, perkiraan pertumbuhan ekonomi Negeri Panda tersebut memang akan tumbuh lebih moderat pada tahun depan.