Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto
Namun, tidak semua klien sepakat untuk transfer. "Beberapa yang dekat akan keluar rumah dengan alasan membeli susu atau keperluan rumah tangga padahal mereka hendak membayar tarif. Namun, beberapa dari mereka juga ada yang tukang tipu," ujar Bishakha.
Baca juga: 200 vaksin corona diuji, ini yang paling potensial
Menurut Mahasweta Mukherjee, petugas advokasi DMSC mengatakan para pekerja seks komersial sebelumnya mengalami krisis selama demonetisasi. "Kami punya 7.000 wanita yang tinggal di Sonagachhi bersama 3.000 lainnya yang ikut menumpang (berpindah-pindah). Selama lockdown, 3.000 wanita itu tidak ada di sana (Sonagachhi)," ujar Mukherjee.
Sisanya, biasanya mendapat tarif 25.000 sampai 30.000 Rupee India (Rp 4,7 - 5,6 juta) sebulan. Menyediakan makanan untuk mereka tidaklah cukup. Mereka butuh keperluan lain. "Mereka biasanya butuh keperluan lain. Banyak dari mereka mengirim uang ke rumah mereka (keluarga). Beberapa dari uang itu dibelanjakan untuk menjual sayur dan buah tapi itu tidak cukup," imbuh Mukherjee.
Baca juga: Mia Khalifa blak-blakan soal bintang film porno? termasuk bayaran
Jam kerja para PSK itu kini juga sudah berubah, "Panggilan via telepon bisa terjadi kapan saja. Jadi mereka harus siaga setiap jamnya," tandas Bishakha.
(Miranti Kencana Wirawan)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Covid-19, Bagaimana Nasib PSK di Sonagachhi, Tempat Prostitusi Terbesar di Asia?",