kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Corona juga mengubah tatanan bisnis esek-esek di kawasan prostitusi terbesar Asia


Senin, 29 Juni 2020 / 06:22 WIB
Corona juga mengubah tatanan bisnis esek-esek di kawasan prostitusi terbesar Asia
ILUSTRASI. Prostitusi


Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - Kolkata. Pandemi virus corona mengubah bisnis prostitusi di kawasan prostitusi terbesar se-Asia, Sonagachhi, India. Sama seperti bisnis lain yang marak menggunakan teknologi informasi seperti video conference untuk rapat, bisnis prostitusi di Sonagachhi juga mulai beradaptasi dari corona menggunakan fasilitas serupa.

Penggunaan video conference untuk bisnis prostitusi di Sonagachhi semakin marak. Meski demikian, beberapa "klien" juga tetap memaksa bertemu dengan wanita pekerja seks komersial (PSK) di wilayah tersebut. 

Baca juga: Mobil Ayla di Jakarta diskon hingga Rp 15 juta, jangan dilewatkan!

Selama 15 tahun, Laila Das (bukan nama sebenarnya) menggunakan "pertemuannya" dengan 5 klien dalam sehari. Sebagai pekerja seks komersial ( PSK), beberapa klien menginginkan berhubungan seksual dengan Laila sementara yang lainnya hanya ingin ditemani.

Laila adalah satu dari 7.000 PSK di Sonagachhi. Suatu lokasi prostitusi terbesar di Asia. Ketika lockdown India diumumkan pada Maret lalu, Laila tidak punya klien sama sekali.

Namun, beberapa hal menjadi lebih membaik saat ini. Dalam kehidupan 'New Normal' atau tatanan baru pasca lockdown akibat wabah virus corona, Laila bisa 'menjajakan' diri melalui teknologi tinggi, yakni melalui telepon pintar.

Pendiri Durbar Mahila Samanwaya Committee (DMSC) Smarajit Jana menyatakan lockdown di Sonagachhi telah menghasilkan peningkatan aktivitas virtual seks. 

"Tadinya, yang ikut virtual seks hanya sedikit, sekarang sudah banyak yang gabung di telepon dan video. Beberapa bahkan minta ada sesi tanya-jawab, beberapa orang lainnya meminta video," ujar Jana.

Berdasarkan keterangan Bishakha Laskar, Presiden DMSC, "Setiap orang takut dengan jarak dekat fisik. Di gang di mana saya tinggal, terdapat 130 gadis aneh yang 95 persen dari mereka melakukan seks melalui telepon."

Baca juga: Inilah tips hamil mendapatkan keturunan anak laki-laki

Sementara berdasarkan keterangan Laila, uang yang dia terima akan ditransfer kliennya. Tarif Laila sebesar 500 Rupee India (sekitar Rp 94.000) untuk sekali video call selama 30 menit. "Saat ini memang banyak terjadi resesi ekonomi, tapi para klien itu kebanyakan sangat dermawan," ungkap Laila.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×